Usai mondar-mandir di tengah keramaian kota Labuan Bajo siang hari tadi, sorenya saya hendak menepi ke Bukit Sylvia, salah satu perbukitan indah yang cukup sering saya kunjungi di Labuan Bajo.
Hari ini kota yang berikonkan satwa Komodo tersebut memang sangat cerah. Hampir tidak ada gumpalan awan yang menutupi cahaya matahari. Situasi ini merupakan nilai plus bagi mereka yang ingin menikmati sunset sore harinya.
Bagi saya, Bukit Sylvia itu seperti gadis hitam manis dan berpipi lesung: mudah untuk saya jatuh cinta. Selain datang untuk menikmati udara sejuk sore hari dan menikmati sunset, saya juga ingin mencari "Tangan Tuhan" ketika berada di atas puncak bukit ini.
Ihwal ketika saya berada di atas puncak bukit, sorot mata saya langsung mengarah ke laut biru di depan sana. Saya merasakan, semacam ada tangan yang terbuka lapang menyambut kehadiran saya di sana. Dan kupikir, benar, itu adalah Tangan Tuhan.
Sejauh ini memang, saya belum pernah turun dan/atau mendekat hingga ke bibir pantainya. Tapi menurut cerita orang, area pantainya amat sempit karena didominasi oleh pohon mangrov.
Ya, sudahlah. Tak jadi soal. Yang penting diriku bisa merasakan keramahan Tuhan, angin sepoi nyiur melambai, gulungan ombak, menikmati matahari terbenam, dan pandanganku bisa sampai ke dasar karang laut, sekalipun dari jauh misalnya.
Kalau dulu, saya melihat sunset bukanlah sesuatu yang mengagumkan, takcukup elok dipandang mata. Tidak.
Tapi kini, pandangan saya justru berbalik arah. Saya justeru melihat hal satu ini sebagai sesuatu yang berbeda. Entahlah, mungkin karena bersama "Tangan Tuhan" saya telah menemukan sisi romantisme dari fenomena matahari terbenam.
Tak lama di Bukit Sylvia, saya lalu beranjak ke La Cecile, salah satu hotel sekaligus cafe di kota Labuan Bajo.
Letak La Cecile sangat strategis dan berada di atas perbukitan yang memiliki view yang amat memanjakan mata pengunjungnya. Ihwal setiba di tempat ini, kita akan langsung menyaksikan kapal-kapal wisata di bawah sana, maupun kapal-kapal milik Nelayan Kampung Ujung yang sesibuk semut membelah laut.
Setelah sekian jam berlalu, akhirnya beberapa pengunjung yang lain tampak ceria menyambut terbenamnya mentari. Sembari sibuk selfie dan/atau berswafoto mengabadikan momen sunset.
Bagi penggemar senja, menikmati sunset pada dasarnya terasa syahdu dan romance, belum lagi misalnya, ditemani oleh lantunan lagu favorit.
Karya agung Tuhan memang selalu menghiasi alam ini. Kemahakuasaan Tuhan selalu ada di setiap dimensi kehidupan kita, tak terbatas ruang dan waktu.
Ya, benar, misteri keberadaan Tuhan selalu bersembunyi rapat di balik segala ciptaanNya, termasuk bersembunyi di balik dominasi bias cahaya sunset sore hari.(*)
Petang bae..
Salam Cengkeh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H