Mohon tunggu...
Guıɖo Arısso
Guıɖo Arısso Mohon Tunggu... Insinyur - ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Alasan di Balik Pohon Cengkeh Berbunga Lebih Cepat Tahun Ini..

11 Maret 2021   22:46 Diperbarui: 12 Maret 2021   14:30 9183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kopi dan cengkeh merupakan tanaman diversifikasi/tumpang sari. (Dok. Pribadi)

Tak seperti biasanya, tahun ini pohon cengkeh di kebun kami berbunga (bukan berbuah) lebih cepat atau lebih awal.

Galibnya, pohon cengkeh baru berbunga sekitar awal bulan Mei. Sehingga pada akhir Juli atau awal Agustus petani sudah bisa memanen. Tapi tahun ini tidak. Pohon cengkeh sudah mulai berbunga pertengahan Maret 2021.

Di tempat saya misalnya, Manggarai, Flores, pada tahun 2020 kemarin pohon cengkeh baru menunjukkan tanda-tanda berbuah sekitar pertengahan bulan Mei. Dan baru bisa dipanen bulan September sampai akhir Oktober.

Proses pembuahan hingga pemanenan di setiap daerah/wilayah di tanah air memang berbeda-beda. Ya, selain karena perbedaan topografi, kondisi tanah dan iklim, juga karena dipengaruhi oleh sebab lain yang sifatnya teknikal, seperti cara menanam, memupuk, merawat dan seterusnya.

Begitu juga dengan musim berbuah. Semisal, jika di Bali dan Sulawesi bunga cengkeh bisa dipanen dua kali dalam kurun waktu setahun (Januari dan September), namun tidak demikian dengan kami di Flores dan tempat-tempat lain yang hanya sekali (Agustus). Mungkin hal inilah yang dinamakan dengan keunggulan komparatif.

Selain dipengaruhi oleh beberapa indikator tersebut di atas tadi, juga karena masih berkorelasi dengan usia produktif pohon, kesehatan batang-akarnya, kesuburan tanah dan vegetasi tanaman.

Semua hal ini, saya pikir, sudah bisa diprediksi oleh semua petani cengkeh yang tahu betul kondisi tanaman cengkehnya.

Pohon cengkeh yang sudah berumur 20 tahun dan masih produktif berbuah. (Dok. Pribadi)
Pohon cengkeh yang sudah berumur 20 tahun dan masih produktif berbuah. (Dok. Pribadi)

Adapun mengenai alasan di balik pohon cengkeh berbuah lebih cepat tahun 2021 ini, saya pikir karena dipicu oleh 2 (dua) sebab berikut, antara lain:

Pertama, faktor iklim/cuaca. Memasuki tahun 2021 ini cuaca memang cukup bersahabat di bumi Flobamora (akronim nama-nama pulau di NTT). Hujan turun cukup intens dan diimbangi dengan intensitas sinar matahari yang cukup.

Karena biasanya, begitu memasuki akhir atau awal tahun, hujan turun secara drastis yang mengikutsertakan angin kencang. Tentu saja hal ini akan berbahaya bagi pertumbuhan cengkeh.

Kedua, karena pada tahun sebelumnya pohon cengkeh tidak terlalu banyak berbuah. Kendati, meski rata-rata pohonnya berasal dari bibit unggul zansibar, tapi memang tidak bisa berharap banyak lantaran daunnya banyak yang berguguran diterpa air hujan dan angin kencang.

Berikut tanaman satu ini juga memang tidak selalu berbuah lebat setiap kali musimnya tiba. Dalam artian, cengkeh baru akan berbuah lebat--panen raya setiap tiga tahun sekali.

Lebih lanjut, pohon cengkeh berbuah lebih cepat tahun ini seakan menjadi angin segar bagi petani di tempat saya. Selain, sebagai penanda ekonomi akan berdenyut kembali di tengah petani, tentu saja.

Pulau Flores merupakan salah satu reksa wilayah sentra penghasil cengkeh di Nusa Tenggara Timur (NTT). Kadar tanah oxiosol yang terdapat di lereng-lereng perbukitan desa di Flores sangat memungkinkan tanaman cengkeh tumbuh subur dan berbuah dengan baik/lebat.

Bisa dikatakan juga, cengkeh merupakan tanaman perdu yang banyak ditanami oleh para petani di Pulau Flores setelah kopi arabika, kopi robusta, dan kopi Bajawa.

Kopi dan cengkeh merupakan tanaman diversifikasi/tumpang sari. (Dok. Pribadi)
Kopi dan cengkeh merupakan tanaman diversifikasi/tumpang sari. (Dok. Pribadi)

Sebagai informasi saja misalnya, pada tahun 2020, produksi cengkeh di Folers sebesar 3, 645 ton. 64 persennya bersumber dari produsen cengkeh yang ada di Manggarai Raya (Barat, Tengah dan Timur). (Sumber BPS)

Besaran produksi cengkeh di Flores, NTT memang tidak ada apa-apanya bila kita bandingkan dengan wilayah lain di tanah air yang bisa menghasilkan berpuluh-puluh ribu ton, seperti daerah Maluku dan Sulawesi.

Sementara bila berbicara soal harga cengkeh di Flores, sejauh ini memang masih kisut, lesu dan terjungkal. Penyebabnya karena pandemi. 

Namun, yang saya dengar beberapa hari terakhir ini sudah ada sedikit kenaikan. Dari Rp53 ribu ke Rp62 ribu per kilo gram kering. Semoga saja begitu untuk seterusnya.(*)

Salam Cengkeh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun