Penegak hukum moral tersebut tidak lain adalah sesama di antara orang-orang di dalam komunitas dan perkumpulan itu. Bahkan, sering juga hadir dalam bentuk go'et-go'et (nasihat-nasihat para tetua) dan landu (syair-syair lagu rakyat), misalnya.
Pitutur para leluhur itulah yang menjadi pedoman dalam mengonsumsi sopi dalam kehidupan sehari-hari.
"Neka do bail inung sopi, jaga langu" (jangan terlalu banyak minum sopi, awas mabuk). Atau "nuk weki eme inung sopi" (prioritaskan kesehatan daripada kesenangan--akibat sopi--yang kebablasan).
Nasihat para tetua ini selalu terbersit di dalam batok kepala, reaksi kimia otak seseorang, sebelum menenggak sopi di depan mata. Atau bisa juga lewat bisikkan dari teman yang duduk sebelah kiri-kanan.
Selain itu juga, nasihat agar jangan sampai mabuk sopi sering diselipkan lewat lirik lagu-lagu pop khas Flores yang ngelangut. Dan juga lewat rima lagu hiphop/rap yang ritmis dan milenial banget sekarang ini.
Kebetulan, anak-anak muda Flores (bahkan NTT) saat ini lagi demen-demennya dengan musik rap. Lagu-lagu hiphop sekarang ini sering diputar sewaktu cheers (bersulang/toki sloki).
Adapun grup rap asal Flores-NTT yang sedang populer saat ini adalah MukaRakat. Personelnya berjumlah lima orang. Yakni Lipooz, Rapholic, Dirty Razkal, Dflow dan DJ Geramar.
Lagu-lagu mereka asyik dan rimanya memukau. Selain saya, banyak anak-anak muda Flobamora yang terbius oleh musik hiphop yang mereka bawakan.
Salah satu lagunya yang saya suka berjudul Toki Sloki (bersulang). Selain rima yang ritmis, musik latarnya juga ritmis. Sependek yang saya tahu, lagu ini menceritakan tentang situasi pesta yang di dalamnya terdapat jamuan sopi.
Hebatnya, lagu ini juga menjadi sarana menyampaikan pesan budaya seraya memuat nasihat-nasihat yang bersumber dari pitutur leluhur yang mengajak kita untuk tahu diri dan jangan sampai mabuk kepayang bila sedang minum sopi.
Singkatnya, Toki Sloki tak hanya hadir sebagai musik yang menghibur, tapi juga sebagai alaram!