Jika kita melihat dengan mata kebajikan, setiap reksa wilayah/provinsi di tanah air itu pada galibnya istimewa. Simplifikasinya bertolak dari kehidupan sosial-kultural, politik, religion dan seterusnya.
Maka tak ayal, di mata dunia, bangsa kita dikenal sebagai masyarakat yang plural dan indah memukau. Kita hanya perlu menyebutkan sebagian untuk menjelaskan Indonesia secara keseluruhan (pars pro toto).
Demikian adanya memang. Tersebab yang ada di dalam batok kepala orang luar, bangsa kita digambarkan sebagai sesuatu yang "wah".
Ya, meski tanpa pengakuan orang luar pun, kita sebagai sesama anak bangsa harus berani jujur mengakui hal itu. Ihwal bangsa kita femiliar adanya.
Dan terkhusus pada tulisan kali ini, saya ingin menghela narasi seputar daerah saya, Flobamora (akronim nama-nama pulau di provinsi Nusa Tenggara Timur/NTT).
Begini. Flobamora itu daerah gugusan pulau, kawan. Jadi, salah fatal bila teman-teman beranggapan bahwa, provinsi NTT itu hanya terdiri dari satu pulau saja. Begitu juga dengan corak budayanya, tidak seragam.
Semisal, meski sama-sama orang Flobamora, corak budaya dan bahasa daerah saya (Manggarai, P. Flores) berbeda dengan Om Arnold Adoe (Kupang, P. Timor). Begitu juga dengan budaya Eja Aden Bakri (P. Alor) dengan Pater Maximus Malaof (Sumba, P. Sumba), misalnya.
Tapi, jika saya melihatnya (sebagai orang dalam) di antara banyaknya perbedaan itu, bahwa orang Flobamora pada dimensi tertentu mempunyai satu pandangan yang sama mengenai adat-istiadat hingga cara dalam memperlakukan sesama dan alam sekitar.
Dan menurut saya, perbedaan-perbedaan tersebutlah yang membuat Flobamora sangat parlente, istimewa dan memukau jiwa.
Untuk lebih spesifiknya, mari kita mulai dari;
1. Adat-istiadat
Sekali lagi, meski orang Flobamora secara adat dan/atau sub-suku berbeda, tapi kami sama-sama berpandangan bahwa adat merupakan warisan leluhur yang harus dijaga bersama--selain merawat nilai kepurbaannya.
Maka dalam pelaksanaannya, kedudukan adat-istiadat tidak dipandang sebagai artefak/fosil masa lampau, melainkan masih kontekstual, relevan dan membumi hingga kini (dan bahkan untuk seterusnya).
Sehingga tak ayal, dengan mudahnya kita akan menjumpai banyak komunitas adat yang sampai saat ini masih menjunjung tinggi nilai-nilai berbasis kearifan lokal di bumi Flobamora.
2. Bahasa
Hal menarik lainnya adalah soal penggunaan bahasa daerah keseharian orang Flobamora.
Misal, meski tinggal di pulau yang sama, bahasa/dialek keseharian yang saya pakai di Manggarai berbeda dengan di tempat Kae Roman Daruarsa di Ende (kalau tidak salah beliau memakai bahasa Ende-Lio).
3. Kain Tenun
Sebagaimana NTT adalah salah satu provinsi yang dikenal juga sebagai daerah penghasil kain tenun. Ya, motif kain tenunannya banyak. Belum lagi bila kita berbicara soal coraknya yang bermacam-macam.
Ada songke Manggarai, tenun Ende-Lio, tenun Ikat Alor, tenun khas Sumba, dan masih banyak lagi.
Hampir semua kain tenun ini dirajut menggunakan tangan dan merupakan simbol pengetahuan mama-mama Flobamora. Pembuatannya juga tidaklah gampang dan memerlukan waktu yang berminggu-minggu untuk menghasilkan satu bilah kain.
4. Pariwisata
Diskursus baiknya, Flobamora tak hanya dikenal sebagai provinsi yang terdiri dari gugusan pulau, melainkan mendapat julukan potongan surga yang jatuh ke bumi.
Menurut para insyan tualang (lagi) yang pernah menjenjaki tanah kami, mungkin dulu Tuhan menciptakan Flobamora ketika pada saat Dia sedang melukis di dalam surga sana (dan terjadilah di bumi).
5. Komoditas pertanian
Masyarakat Flobamora umumnya berprofesi sebagai petani. Baik itu petani sawah, pekebun: kopi, cengkeh dan kemiri, peternak hingga nelayan.
Salah satu produk pertanian unggulan masyarakat Flobamora adalah kopi. Orang luar lebih mengenalnya sebagai kopi Bajawa- Flores dan Kopi Arabika Manggarai (KAM).
Kopi Flores pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan kopi-kopi dari daerah lain di tanah air.
Sebagaimana kopi Flores mempunyai citarasa yang menggoda dan menampar bulu hidung penikmat. Tersebab kopi Flores tak sekadar minuman penghangat, melainkan hadir sebagai energi komunal yang inheren dengan budaya masyarakat.
Dan bertolak dari hal itulah yang membuat kopi Flores kian terasa istimewa di tengah-tengah masyarakat.
Lebih lanjut, sebagai masyarakat yang berkebudayaan agraris, orang Flobamora juga menganggap alam sebagai makrokosmos dan manusia sebagai mikrokosmos. Dalam artian, baik alam dan manusia memiliki relasi yang integral.
Dengan adanya prinsip saling ketergantungan dan/atau simbiosis itu, maka masyarakat Flobamora cendrung memaknai alam sebagai bagian dari kehidupannya. Jadi, sudah menjadi kosekuensi logis manusia punya peran melestarikan alam.
Nah, kurang lebih demikian kira-kira 5 rangkuman keistimewaan bumi Flobamora/NTT kali ini. Semoga bermanfaat ya, sob. Terima kasih.
Oiya, hampir saja lupa, kutunggu cerita unik nan istimewa tentang daerahmu ya, sob. Yang pasti nggak kalah menarik dong e!
Salam Cengkeh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H