Keluarga Opa Tjip dulunya juga adalah eksportir rempah-rempah kelas internasional. Katanya, ada beberapa negara yang menjadi tujuan ekspor rempah-rempah waktu itu. Yakni, ke China dan beberapa negara maju di benua Eropa.
Bila mendengar ceritanya itu, sebagai petani cengkeh yang tidak punya jiwa dan pengetahuan yang cukup terkait bisnis, saya merasa perlu belajar dan menimba ilmu berbisnis dari beliau berdua.
Tetapi, bila menyimak setiap kisah perjalanan hidup yang ditulis Opa Tjip dan Oma Rose, perjuangan mereka dari titik "0" hingga sesukses sekarang tidak terlepas dari gesit dan usaha yang berdarah-darah. Semuanya memang tidak mudah dan serba instan.
"Tapi, jika kita punya semangat juang dan lebih militan menjalani hidup, niscaya kesuksesan dengan gampang kita raih" katanya dalam sebuah artikel yang pernah saya baca
Selebihnya, Opa Tjip dan Oma Rose adalah sepasang pasturi panutan untuk segenap Kompasianer yang sudah berkeluarga maupun bagi kami yang masih muda-- dan kelak akan membangun rumah tangga.
Akhir kata, perjumpaan dengan Opa dan Oma berdua di Kompasiana merupakan diskursus yang meyenangkan bagi saya. Opa dan Oma adalah dua orang hebat dan luar biasa. Terima kasih untuk segala petuahnya.
Semoga rahmat dan berkat Tuhan tetap menaungi Opa dan Oma di usia senja ini. Kiranyanya pula selalu diberikan kesehatan dan umur yang panjang. Amin.
Selamat merayakan pesta emas pernikahan, Opa dan Oma. Tabe do.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H