Pada galibnya, hampir semua sekolah di reksa wilayah Manggarai Barat itu tergolong sekolah 3T (terdepan, terluar dan tertinggal) yang membutuhkan perhatian serius dari pemerintah.
Sebagaimana sekolah-sekolah yang tergolong 3T tersebut dilihat dari akses, SDM, tingkat putus sekolah tinggi, minimnya tenaga pengajar, dan sarana pra-sarana yang kurang menunjang KBM.
Terkhusus untuk tenaga pengajar di tingkat sekolah dasar, misalnya, hampir setengah daripada guru senior ini lulusan D1 dan D2. Tapi bukan berarti mereka tidak bisa mengajar seperti lulusan S1. Tidak, tentu saja. Guru-guru senior ini tak kalah berkompeten.
Sampai di sini, saya jadi teringat akan materi stand up komedi Abdur Arsyad di KompasTV yang mengatakan:
"Kalau bukan mereka (guru-guru senior) itu, siapa yang mau mengajar di pelosok NTT sana? Bahkan sinyal saja takut masuk ke desa"
Apa yang dikatakan oleh Abdur itu benar adanya memang. Lantaran ada kecendrungan, banyak sarjana muda yang setelah pulang enggan mengajar di desa.
Penyebabnya antara lain karena soal keterbatasan aksesbilitas tadi. Meliputi jaringan, listrik dan sebagainya. Sehingga yang masih setia mengajar di sekolah 3T ini adalah wajah-wajah lama.
Di sinilah perlunya pemerintah hadir, melalui kementerian dan dinas-dinas terkait, agar supaya misteri yang membelenggu pendidikan di pelosok negeri ini bisa terpecahkan. Begitu kira-kira.
Akhir kata, Selamat Hari Guru 2020 untuk Bapak Ibu guru dari Sabang sampai Marauke. Semoga Bapak Ibu guru semuanya selalu sehat dan semangat dalam mencerdaskan generasi masa depan bangsa ini.
Terima kasih banyak untuk jasa-jasamu. Salam hormat