Dalam sebuah pesta pernikahan yang diselenggarakan di Labuan Bajo beberapa tahun yang lalu, ada seorang tamu undangan yang kebetulan adalah dosen asal Pulau Jawa yang dalam sambutannya mengatakan begini:
"NTT itu gudangnya penyanyi berbakat. Saya berpikiran, Tuhan menciptakan orang NTT dulunya dari suara. Makanya pada jago nyanyi semuanya ya (?)" celutuknya, diikuti bahak tawa hadirin undangan yang lain
Hal lainnya yang memicu sang dosen mengatakan demikian oleh karena ia juga turut terkesima mendengarkan suara penyanyi grup band lokal yang hadir memeriahkan acara di malam itu.
Menurutnya, suara mereka tak kalah keren dengan suara Andmesh Kameleng dan Marion Jola. Hanya saja, nasibnya tidak sama.
Sehingga diakhir sambutannya itu, ia mengajak segenap undangan untuk memberi tepuk tangan yang meriah plus dua jempol.
Setelah pesta sudah usai, saya ingin bertemu sang dosen, maksud hati hendak bergurau kepadanya bahwa orang NTT itu jago menyanyi karena suka mengonsumsi tuak dan menyirih. Tapi waktu itu tak sempat, jadi ya, batal. Hehehe
***
Tetapi memang, terlepas dari pandangan orang luar, kami di NTT sendiri masih bingung dan belum menemukan alasan yang logic menyoal anggapan "NTT gudangnya penyanyi berbakat" itu.
Kebingungan kami itu setidaknya didukung oleh beberapa alasan berikut ini:
1. Di NTT itu hampir tidak ada sekolah musik. Maksud saya, sekolah yang sengaja menyiapkan talenta-talenta muda yang berbakat nyanyi.
2. Jarang memasuki studio musik. Jumlah studio musik di NTT itu bisa dihitung dengan jari. Tidak banyak. Kalaupun ada, ya, anak-anak muda di sini juga jarang memasuki studio musik.
3. Demikian pun dalam ranah sekolah (ekstrakurikuler) misalnya. Di mana umumnya sekolah-sekolah di NTT tidak memiliki ketersediaan alat-alat penunjang bakat (tarik suara) untuk peserta didiknya.
Ya, paling di sekolah itu hanya diajarkan notasi angka dan menghapalkan notasi balok. Selebihnya, ketika mendapat tugas untuk membawakan koor di gereja. Itu saja.
***
Lalu, seperti apa cara NTT mencetak penyanyi berbakat itu?
Wah, sekali lagi, ini sebenarnya pertanyaan yang membutuhkan jawaban tertutup. Maksud saya, terlebih dahulu harus dilakukan sebuah riset dan/atau verifikasi faktual agar kita sampai pada kesimpulan yang sebenarnya.
Akan tetapi menurut riset kecil-kecilan saya sejauh ini mengatakan bahwa, 3 alasan berikut ini merupakan cara NTT mencetak penyanyi berbakat, antara lain:
Pertama, karena faktor DNA suara emas. Faktor DNA tersebut, saya pikir, terpatri di dalam darah orang NTT. Meski dalam hal ini tidak semua orang NTT ya.
Kedua, rata-rata orang NTT hobi mendengarkan musik. Mulai dari kakek nekek/om tanta/paman bibi/muda mudi sampai anak kecil. Pasti hobi musik, musik dari genre apa saja.
Sehingga tidak aneh bila, sedari kecil orang NTT tumbuh dengan jiwa musikalitas yang tinggi.
Ketiga, orang NTT adalah umat gereja yang baik. Bukan bermaksud jumawa tentu saja, karena di dalam gereja sendiri St. Agustinus, sang pujangga gereja, mengajarkan bahwa "Qui Bene Cantat, Bis Orat.. (ia yang menyanyi dengan baik, sama dengan berdoa dua kali).
Menurut tafsiran saya, teladan sang pujangga gereja ini juga punya andil dalam mempengaruhi semangat orang NTT dalam menyanyi. Saya kira begitu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H