Kebetulan, mereka berdua sama-sama berasal dari kongregasi Societas Verbi Devini (SVD). Atau umat Kristiani di Indonesia lebih mengenalnya dengan sebutan kongregasi Serikat Sabda Allah.
Bagi saya pribadi, memang tidaklah aneh bila menimang hakekat karya pastoral para rohaniwan dari kongregasi SVD. Tersebab, dalam misinya mereka tidak hanya memperkenalkan Injil, tetapi turut serta membawa piranti-piranti misi yang efektif.
Seperti dengan membangun gedung sekolah, membuka kursus pertukangan dan perkebunan untuk menyokong keterampilan para pemuda di tempatnya bertugas.
Terkait cerita seputar karya pastoral Pastor Allan tersebut, misalnya, beberapa bulan yang lalu saya sudah mengulasnya dalam artikel ini (klik selengkapnya).
Lebih lanjut, picu yang melatuk saya untuk menelurkan tulisan ini tak lain karena melihat etos kerja Pastor Amans yang senang bertani dan/atau berkebun. Selebihnya, karena semangat beliau itu membawa kemaslahatan untuk orang banyak.
Meski harus diakui pula bahwa, di tengah zaman modern ini mengajak kaum muda untuk bertani bukanlah hal yang mudah. Lantaran profesi petani saat ini dianggap sebagai profesi kelas dua dibandingkan profesi lainnya.
Dengan begitu, dibutuhkan seruan yang profetis dan langkah yang tepat agar kaum muda mau menekuni usaha di bidang pertanian.
Tentunya di sini kaum muda terlebih dahulu harus dididik dengan politik pertanian yang komprehensif dan terintegratif, tentu saja.
Pendek kata, sebagai sesama masyarakat NTT dan saudara sebangsa setanah air, saya turut bangga atas penganugerahan yang diterima oleh Pastor Amans di Negeri Tango.
Kiranya terus bersemangat dan selalu sehat dalam mengemban karya pastoral bersama umat dimanapun itu. "Opus magnus, Padre Amans".