Mohon tunggu...
Guıɖo Arısso
Guıɖo Arısso Mohon Tunggu... Insinyur - ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Begitulah, Kalau Petani Menulis Bahasanya (Agak) Tegas

4 November 2020   00:37 Diperbarui: 4 November 2020   03:15 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menuis artikel (Sumber gamber: littlehouseliving.com)

Mendengar ucapan itu tentu saja saya senyum sejadi-jadinya. Saya lalu menjelaskan bahwa anggapan itu tidak sepenuhnya benar.

Begini. Saya yakin dia terjebak pada paham yang berbunyi "tulisan seseorang menggambarkan kepribadiannya". Baginya dan mungkin bagi kebanyakan orang percaya akan anggapan seperti itu.

Tapi saya tidak. Saya menolak kebenaran absolut (idefixed) sebuah paham. Tersebab, kebenaran itu selalu berkembang, dinamis.

Begitu juga misalnya, bila disandingkan dengan kepribadian masing-masing individu. Selebihnya, kita tidak perlu menggunakan ukuran orang lain dalam melihat sesuatu. Sekalipun paham yang dianut itu berlaku umum, tentu saja.

Tapi saya sangat menghargai pikiran semacam itu. Saya tidak punya kuasa untuk berlaku represip apalagi mengekang pendapat orang lain. Begitulah, biarkan bebas ria adanya.

***

Dan jika tolok ukurnya berangkat dari tulisan saya di Kompasiana, saya memang menyadari bahwa, beberapa tulisan saya selama ini bermuatan kritik dan bahasa tulisannya pun rada-rada tegas (...dan bukan kasar).

Terlebih-lebih misalnya, ketika saya menulis seputar pertanian yang di dalamnya membahas seputar nasib petani yang selalu sial hingga harga jual produk pertanian yang acapkali terjungkal.

Sebagai petani tentu saja ada perasaan kesal yang menjalari dada. Tidak nyaman rasanya bila berada di dalam situasi sarat keprihatinan melulu. Pasti saja ada keinginan untuk mencari kelegaan. Ya, salah satunya jalan menuju kesana adalah dengan menulis; menyampaikan kritik dan masukan.

Dengan menulis seputar dunia pertanian itu pula, saya juga tidak ingin mendaku diri sebagai orang yang amat peduli dengan sengkarut nasib petani di negeri ini. Tentu saja tidak. Hanya saja, sebagai petani saya turut merasakan ketidaknyamanan itu, saya merasa perlu untuk menyuarakannya.

Pendek kata, judul tulisan ini juga tidak sepenuhnya benar. Ini murni bias subjektifitas penulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun