Demikian memang, bahwasannya kehadiran saya di kompasiana tak lain untuk belajar banyak hal. Termasuk di dalamnya mengasah kemampuan menulis, misalnya.
>Membangun relasi yang baik
Sebagaimana kompasiana sudah ditabhiskan menjadi media warga. Dalam hal ini, kompasiana bukan saja sebatas blog menulis, tapi juga menjadi sarana bersosialisasi.
Bersosialisasi di sini adalah sebuah gejala sosial yang mengusung semangat kebersamaan. Selebihnya, terdapat komunikasi yang ajeg antar sesama kompasianer.
Tak berhenti disitu, karena saking ajegnya, kontak sosial itu mencapai kulminasi dan melebarkan sayapnya di luar blog. Misalnya, dengan ngobrol via japri. Baik itu di WA, Fb dan Ig.
Ada beberapa kompasianer yang selama setahun ini acapkali saya hubungi di luar. Ya, rata-rata kompasianer senior. Jika ada kesulitan saya tak pernah jemu bertanya. Dan beberapa di antaranya sudah saya anggap sebagai guru saya.
Nggak perlu saya sebutlah ya. He he
Dan tentu saja, komunikasi baik ini bermula di kompasiana. Jadi, berbaik-baiklah sesama kompasianer.
Pendek kata, setahun terakhir ini saya merasa amat beruntung bisa mengenal beberapa kompasianer yang telah sudi dan repot-repot menguliahi seorang petani picisan seperti Reba Lomeh.
"Reba Lomeh emang gitu sih. Sudah dikuliahi gratis, banyak nanya pulak. Dasar emang!"
Lebih lanjut, selama setahun terakhir ini ada satu hal yang membuat saya merasa pelik berkompasiana. Ya, apalagi kalau bukan karena iklan.
Iklan itu membuat HP saya tambah berat di timang. Sudah jaringan internet lelet, banyak iklan pula. Ah! Bosen. Kurang lebih, sama beratnya ketika mengangkat sekarung cengkeh basah.