Mohon tunggu...
Guıɖo Arısso
Guıɖo Arısso Mohon Tunggu... Insinyur - ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sisi Jahat "Kakar Tana", Menculik dan Melampiaskan Nafsu Seksualnya kepada Manusia

17 Agustus 2020   22:32 Diperbarui: 28 Agustus 2020   04:58 2787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan tentang Kakar Tana ini merupakan lanjutan dari dua artikel saya sebelumnya. Untuk tulisan pertama dan ke dua silakan Anda baca [di sini] dan [di sini].

Sedikit gambaran, pada artikel yang pertama saya mengulas ciri fisik Kakar Tana yang menyerupai wanita muda nun cantik. Suatu sisi ia merupakan makhluk halus yang tak kasat mata.

Sementara pada artikel ke dua, saya mulai memfokuskan bahasan pada Kakar Tana seraya menampilkan sisi baiknya. Yang ditandai juga dengan bisa diajak bekerjasama dengan manusia.

Meski demikian, Kakar Tana tetaplah makhluk halus yang mempunyai kekuatan indifferent dengan manusia. Kakar Tana di kenal juga sebagai sosok yang jahat dan kehadirannya mendatangkan bencana bagi manusia.

Dan pada edisi kali saya ingin mengajak Anda untuk menyimak sisi jahat dan/atau negatif dari Kakar Tana.

Bisa disebut Kakar Tana adalah biang utama daripada hilangnya warga kampung secara tiba-tiba. Dalam artian tanpa penyebab yang jelas.

Menurut Kakek, dulu di desa hampir setiap bulan ada orang di culik oleh Kakar Tana. Kakar Tana membawa mereka ke tengah-tengah hutan. Lalu korban penculikan ini disembunyikan di dalam goa dan dibawah pokok pohon besar.

Menurutnya lagi, yang paling rawan di culik oleh Kakar Tana adalah warga yang menginap di pondok kebun. Selebihnya, mereka-mereka yang pergi mencari kayu bakar ke hutan.

Setelah tahu ada warga yang hilang, baru Tua Golo (kepala adat) beserta warga sekampung memutuskan untuk mencari dan menyusuri hutan. Mereka pergi dengan membawa gong dang gendang.

Dan seketika memasuki bibir hutan, mereka mulai menabuh gendang dan gong sembari memangil nama orang yang hilang tersebut. Konon, bunyi gendang dan gong dipercayai dapat membisingkan telinga Kakar Tana dan memaksakannya untuk melepaskan si korban yang diculiknya.

Dan menurut Kakek, cara tersebut memang terbukti ampuh.

***

Adalah sebuah ironi karena mayoritas korban yang berhasil diculik oleh Kakar Tana rata-rata adalah laki-laki. Hampir tidak pernah menyasar perempuan.

Labih lanjut, menurut orang-orang tua di kampung, Kakar Tana menculik korbanya untuk diperkosa. Hal ini seturut pengakuan para korban yang setelah di culik, mereka merasa nyeri pada alat kelaminnya.

Dalam hal ini, saya mengambil satu contoh kasus penculikan oleh Kakar Tana terhadap salah seorang warga di Desa Sowang, Kecamatan Pacar, Manggarai Barat, pada 2011 silam.

Sebut saja namanya Rafael (bukan nama sebenarnya). Rafael yang adalah seorang pemuda ini di culik dan disembunyikan di hutan oleh Kakar Tana hampir dua hari lamanya.

Sewaktu itu, Rafael bersama teman-temannya pergi mencari kayu bakar di hutan yang cukup jauh dari desa. Setiba di hutan, Rafael memilih jalan lain dengan teman-temanya. Entah mencari ranting kering pada pokok pohon yang berbeda.

Setelah teman-teman yang lain selesai mencari kayu dan memutuskan untuk pulang, saat itulah Rafael kehilangan jejak. Seketika dipanggil, dia tak menyahut. Begitupun ketika para temanya memutuskan untuk mencari disekeliling. Namun tidak ketemu.

Secepat cahaya, teman-temanya pulang dan mengabarkan berita kehilangan Rafael itu ke penduduk desa. Air mata berlinang keluarga Rafael tak mambu di bendung seketika mendengar cerita itu.

Pihak keluarga lantas menemui tua adat untuk mengkonfirmasikan berita kehilangan itu. Dan setelahnya dilakukan pencarian secara beramai-ramai. Tapi karena keburu malam, pencarian itu dilanjutkan keesokan harinya.

Si Rafael baru diketemukan oleh warga sehari setelahnya pada jam tiga sore. Dia seperti orang mabuk dan hampir tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya. Mirip orang yang kena hipnotis. Bajunya kusut dan kotor, rambutnya acak-acakan. Setelah sadar dia mengeluh ada rasa nyeri dibagian kelaminya.

Setiba di rumah, Rafael pun segera dimandikan dan pihak keluarga langsung mengadakan acara keti manuk miteng (membuang sial). Hingga setelah melakukan ritual tersebut, Rafael kini hidup seperti biasanya.

Kasus Rafael ini adalah kasus yang terakhir. Ihwal, setelah kejadian itu saya tidak mendengar lagi kasus penculikan serupa. Dan semoga saja begitu untuk seterusnya.

Pendek kata, bila menyoal kasus yang dialami oleh Rafael dan juga para korban sebelumnya bahwa, motif lain di balik penculikan yang dilakukan Kakar Tana ialah untuk melempiaskan nafsu seksualnya kepada manusia.

Kurang lebih demikian bila menyibak sisi jahat Kakar Tana yang merugikan manusia di Manggarai Barat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun