Tulisan tentang Kakar Tana ini merupakan lanjutan dari dua artikel saya sebelumnya. Untuk tulisan pertama dan ke dua silakan Anda baca [di sini] dan [di sini].
Sedikit gambaran, pada artikel yang pertama saya mengulas ciri fisik Kakar Tana yang menyerupai wanita muda nun cantik. Suatu sisi ia merupakan makhluk halus yang tak kasat mata.
Sementara pada artikel ke dua, saya mulai memfokuskan bahasan pada Kakar Tana seraya menampilkan sisi baiknya. Yang ditandai juga dengan bisa diajak bekerjasama dengan manusia.
Meski demikian, Kakar Tana tetaplah makhluk halus yang mempunyai kekuatan indifferent dengan manusia. Kakar Tana di kenal juga sebagai sosok yang jahat dan kehadirannya mendatangkan bencana bagi manusia.
Dan pada edisi kali saya ingin mengajak Anda untuk menyimak sisi jahat dan/atau negatif dari Kakar Tana.
Bisa disebut Kakar Tana adalah biang utama daripada hilangnya warga kampung secara tiba-tiba. Dalam artian tanpa penyebab yang jelas.
Menurut Kakek, dulu di desa hampir setiap bulan ada orang di culik oleh Kakar Tana. Kakar Tana membawa mereka ke tengah-tengah hutan. Lalu korban penculikan ini disembunyikan di dalam goa dan dibawah pokok pohon besar.
Menurutnya lagi, yang paling rawan di culik oleh Kakar Tana adalah warga yang menginap di pondok kebun. Selebihnya, mereka-mereka yang pergi mencari kayu bakar ke hutan.
Setelah tahu ada warga yang hilang, baru Tua Golo (kepala adat) beserta warga sekampung memutuskan untuk mencari dan menyusuri hutan. Mereka pergi dengan membawa gong dang gendang.
Dan seketika memasuki bibir hutan, mereka mulai menabuh gendang dan gong sembari memangil nama orang yang hilang tersebut. Konon, bunyi gendang dan gong dipercayai dapat membisingkan telinga Kakar Tana dan memaksakannya untuk melepaskan si korban yang diculiknya.
Dan menurut Kakek, cara tersebut memang terbukti ampuh.