Namun, Mama hanya tersenyum kecut. Entah, senyum petanda apalah itu (?), susah di tebak.
Karena pada dasarnya, selama ini nafsu makan kami sekeluarga meningkat.
Saya juga sempat berpikir; "apa mungkin selama di rumah saja beliau belajar masak barangkali ya?"
Persisnya saya menanyakan hal ini sekali itu saja. Setelahnya saya enggan menanyakannya hal serupa ihwal saya beranggapan bahwa, toh itu kan urusan orang dapur dan tidak begitu urgent untuk kami anak laki-lakinya yang nota bene buta soal bumbu-bumbuan. Hehehe
Akan tetapi, begitu kami sekeluarga hendak berpamitan tidur dan menuju kamar masing-masing kemarin malam, di depan pintu kamar Bapa membocorkan rahasia masakan Mama itu kepada saya.
Bapa lalu membisikan sesuatu di gendang telinga saya;
"Selama ini Mamamu mencampuri sayur dan lauk lainnya dengan 5 butir cengkeh".
"Aduh.. Mama sayang ee. Begitu ko, Pa" gumam saya dalam hati. "Oh Oke, baik sudah" Jawab saya kepada Bapa
****
Tadi pagi seperjumpaan di dapur dengan Mama, saya lalu melontarkan kalimat rada-rada iseng kepada beliau yang sementara masak;
"Ma, jangan lupa cengkehnya ditaruh 6 saja e. Biar afdol dengan dengan angka genap"
"Hahaha. Hae, kamu tahu dari mana jika Mama mencampuri sayur dengan biji cengkeh" pekiknya
"Ae ow.. Itu rahasia saya, dong" Jawab saya, sambil berlalu dengan sepeda motor ke kebun.