Mohon tunggu...
Guıɖo Arısso
Guıɖo Arısso Mohon Tunggu... Insinyur - ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengulik Sisi Baik "Kakar Tana", Sosok Makhluk Halus di Manggarai Barat

2 Agustus 2020   00:48 Diperbarui: 4 Agustus 2020   21:21 3104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(1)

Tulisan ini merupakan artikel ke-2 yang saya tulis menyoal keberadaan sosok Kakar Tana di Manggarai Barat, Flores. Untuk tulisan kali pertama, silakan Anda baca di sini.

Bila membaca lagi artikel yang saya rilis beberapa bulan yang lalu itu, ada satu hal dari Kakar Tana yang luput dari pembahasan saya. Yakni, sisi baiknya.

Sisi baik Kakar Tana yang saya maksudkan adalah; bisa diajak berdiplomasi (baca: berhubungan/ bekerja sama) dengan manusia.

Lha, memangnya ada makhluk halus (gaib) yang bisa di ajak bekerja sama dengan manusia? Lalu, bekerja sama dalam hal apa?

Yang pasti bakal ada pertanyaan-pertanyaan seperti ini. Tugas saya selanjutnya adalah menyiapkan jawaban yang sebisanya diterima oleh nalar khalayak pembaca, tentu saja. 

Begini. Dalam tataran kehidupan sosial-budaya masyarakat Manggarai Barat, keberadaan Kakar Tana masih dipercayai hingga dewasa ini. Terlepas dari sosoknya yang kasat mata dan hanya bisa dilihat oleh mereka yang punya kemampuan 'tak biasa'.

Menurut orang-orang yang memiliki indra keenam (kemampuan indigo) tersebut, Kakar Tana digambarkan sebagai perempuan yang cantik, putih, mulus, bertubuh seksi, dan bermata kucing.

Kehadiran Kakar Tana juga dapat diketahui oleh masyarakat awam lewat tanda-tanda alam seperti, hujan gerimis di siang bolong, dan mendengar suara perempuan tertawa di hulu sungai. 

Akan tetapi, yang bisa melihat dan mengidentifikasi sosok Kakar Tana hanyalah mereka yang mempunyai kemampuan tak biasa tadi.

(2)

Terkait dengan hubungan dan kerja sama antar Kakar Tana dan Manusia, hal tersebut memang benar adanya. 

Hipotesis ini diperkuat dengan adanya sejarah campur tangan Kakar Tana dalam pembangunan compang (batu-batu persembahan raksasa yang tersusun rapih) di tengah kampung-kampung di Manggarai Barat.

Selain itu juga, lewat sekolah lisan (cerita yang diwariskan secara turun-temurun) oleh nenek moyang dan tetua kampung adat.

Terlihat susunan batu besar disekeliling Compang (dokpri)
Terlihat susunan batu besar disekeliling Compang (dokpri)

Menurut para tetua, dalam pembuatan compang dahulunya, Kakar Tana membantu nenek moyang orang Manggarai Barat dalam memikul batu-batu besar itu. Sebab bila mengandalkan tenaga manusia sangatlah tidak mungkin. 

Ihwal selain besar, batu-batu tersebut juga didatangkan dari pedalaman hutan dan dari wilayah lain yang notabene jauh dari kampung.

Untuk memanggil Kakar Tana (kami menyebutnya juga roh alam), terlebih dulu diadakan sebuah acara adat yang dipandu oleh Tua Golo (tetua kampung) dan/atau oleh Ata Mbeko (orang yang berilmu).

Dalam acara tersebut, disertakan juga beberapa hewan kurban seperti ayam dan babi untuk disembelih. Selebihnya, ucapan memohon pertolongan Kakar Tana dituangkan lewat torok (penuturan).

Menariknya lagi, menurut cerita yang diwariskan para leluhur, batu-batu yang berukuran besar ini sengaja dibawa dari suatu tempat oleh Kakar Tana pada malam hari. Dan selanjutnya, compang dikerjakan pada saat warga kampung tertidur lelap. Itu berarti warga tidak ikut terlibat.

Menjadi pantang tersendiri bila pada saat Kakar Tana menyusun batu-batu (membuat compang) itu, tidak boleh ada satu atau dua manusia yang melihatnya. Dengan begitu, bila berjalan normal, pengerjaan compang oleh Kakar Tana bisa terselesaikan dalam semalam.

Untuk menghindari pengerjaan itu disaksikan oleh manusia, para tetua zaman dulu mengungsikan sementara warga kampungnya ke desa lain. Atau menginap di pondok kebun.

Ilustrasi batu-batu Compang disalah satu desa di Mangggarai (Gambar: tempatliburanterbaik.blogspot.com)
Ilustrasi batu-batu Compang disalah satu desa di Mangggarai (Gambar: tempatliburanterbaik.blogspot.com)

Karena dahulu, jumlah orang dalam satu kampung di Manggarai Barat tidak terlalu banyak seperti sekarang ini. Sehingga gampang dikoordinasi oleh Tua Golo.

(3)

Pada dasarnya, sejumlah pengakuan ini memang sangat masuk di akal. Bila perhatikan secara seksama, ukuran batu-batu yang disusun pada compang ini sangatlah besar, panjang dan tentu saja berat. Sangat tidak mungkin bila mengandalkan tenaga manusia untuk memikulnya.

Kendati, nenek moyang orang Manggarai Barat yang hidup berabad-abad tahun yang lalu, tak dipungkiri, begitu menyatu dengan alam. Begitu juga relasi mereka dengan keberadaan roh alam sekaliber Kakar Tana ini.

Kakar Tana memang sosok makhluk halus yang mempunyai kekuatan indifferent dengan manusia. Tetapi pada konteks lain, ia menjadi sosok penolong bagi manusia.

Kurang lebih demikian bila menyibak sisi baik daripada sosok Kakar Tana di Manggarai Barat. Terima kasih dan salam..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun