Saya sebenarnya kecewa sekali dengan hadirnya kalung antivirus corona ala Kementan itu. Terlalu banyak yang disia-siakan bila mendiskursuskan hal itu. Tidak survive.
Di tengah riuhnya kalung yang diledek banyak orang sebagai jimat, ada tupoksi Kementan yang terlupakan. Yakni, seputar vitalisme persoalan harga komoditas pertanian di kalangan petani.
Kenapa nggak urus yang ini saja sih, Pak?
Kendati pun, temuan kalung antivirus corona ini belumlah 100% (baca: laik dipatenkan). Artinya, masih harus melalui beberapa rangkaian uji coba lab, harus mempunyai lisensi medis dan sebagainya.
Menariknya lagi, melansir Tribunnews.com, Menteri Syahrul menyebutkan, berdasarkan hasil lab Balitbangtan terdapat 700 jenis antivirus yang dihasilkan. Dan satu diantara antivirus itu bisa mematikan virus corona.
Luar biasa tentunya. Sebagai seorang petani yang buta terhadap dunia medis, saya melihat prestasi Balitbangtan dalam mempabrikasi antivirus ini sebagai sesuatu yang prestisius.
Lebih berbangga tentunya, bila dari 699 antivirus yang tersisa itu, 2 atau 5 di antaranya bisa menangkal kisutnya harga komoditas pertanian. Atau halnya, bisa meningkatkan imun harga cengkeh biar nggak drop melulu, misalnya.
Tentu 'antivirus' yang saya maksudkan di sini adalah berupa 'aturan dan/ atau sejumlah kebijakan'.
Gimana nggak asyik, coba?
Lupakan Kalung Itu
Sudah tak terbantahkan memang, kalung antivirus corona yang mengandung eucalyptus ini sedemikian dipergunjingkan oleh banyak pihak. Karena memang temuan ini belum sepenuhnya bisa diandalkan dan masih sebatas pada klaim sepihak.