Pemetikan bunga cengkeh di kampung saya sudah memasuki pekan ke-4. Terhitung di mulai sejak tanggal 7 Juni 2020 kemarin. Di tengah panen raya tahun ini, sulit rasanya meluputkan perhatian terhadap harga cengkeh yang kian lesu di kalangan petani.
Bagaimana tidak, harga cengkeh kering yang semulanya Rp 93.000 per kg, kini terjun bebas ke Rp 50.000 per kg. Penurunan harga ini tergolong paling signifikan selama lima tahun terakhir.
Salah satu penyebab dari terjun bebasnya harga cengkeh tahun ini dikarenakan ulah pandemi Covid-19. Selebihnya, adanya kecendrungan setiap memasuki masa panen, harga cengkeh di kalangan petani tiba-tiba kisut.
Adapun beberapa alasannya ialah karena industri rokok dalam negeri sedang membatasi produksi rokok, sehingga berpengaruh langsung dengan harga cengkeh.
Tak dapat dipungkiri memang, hampir 93% hasil cengkeh di Tanah Air di serap oleh industri rokok dalam negeri.
Selain itu juga, adanya kebijakan impor cengkeh yang kian tak terkendalikan oleh pemerintah, yang berefek pada jatuhnya harga cengkeh petani lokal.
Panen Raya Kurang Menggairahkan
Lebih lanjut, meski tahun ini dihadapkan pada panen raya, petani tetap tak kunjung diberikan nafas lega. Ihwal, panen raya selalu diidentikan dengan pengeluaran biaya operasional yang tidak main-main besarnya.
Semantara di suatu sisi, pengeluaran semasa panen yang besar itu tidak diimbangi dengan harga cengkeh yang berlaku di pasaran.
Fenomena ini tentunya sangat merugikan para petani, khususnya bagi petani cengkeh kecil yang modalnya kecil.
Tak pelak, mereka acap kali langsung menjual hasil panenannya kepada pengepul meski dengan harga murah. Dikarenakan terdesak oleh berbagai kebutuhan, hingga untuk menutupi biaya selama masa panen.