Mohon tunggu...
Guıɖo Arısso
Guıɖo Arısso Mohon Tunggu... Insinyur - ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal "Randang", Ritual Orang Pacar dan Kolang Memasuki Masa Panen

12 Juni 2020   22:05 Diperbarui: 15 Juni 2020   21:21 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tua adat suku Nggai, Desa Komba, Kecamatan Kota Komba, Manggarai Timur, Flores, melaksanakan ritual Peting Ghan Nalun Weru.(KOMPAS.com/MARKUS MAKUR)

Budaya Randang a la orang Pacar dan Kolang bukan saja artefak masa lampau, melainkan masih kontekstual dan membumi hingga kini

Kepercayaan orang Manggarai tak dapat dipisahkan dengan kultur agraris yang memiliki keterkaitan yang erat antara alam dengan seluruh kehidupaan ciptaan. Kepercayaan akan keterkaitan unsur-unsur  itu nyata dalam berbagai bentuk.

Bagi orang Pacar dan Kolang, Manggarai Barat, kultur agraris itu diejawantahkan dalam berbagai ritus adat tertentu. Yakni, mulai dari ritual Benso Rasi (bercocok tanam), Randang (panen), hingga upacara Penti (syukuran panen).

Di reksa wilayah Manggarai Raya (Barat, Tengah dan Timur), ke tiga ritual ini namanya berbeda-beda lagi. Ihwal lain kedaluan, lain pula konsepnya. Terkhusus untuk Dalu Pacar dan Dalu Kolang, konsep ritualnya hampir mirip-mirip.

Terkait ritus Benso Rasi, sebelumnya sudah saya ulas dalam sebuah artikel, silakan baca disini. Lebih lanjut, pada tulisan kali ini saya akan membahas tentang ritual Randang, upacara mengawali musim panen bagi orang Pacar dan Kolang.

Upacara Randang, adalah ritual yang dilakukan mengawali masa panen. Tujuan diadakannya ritual ini yakni meminta berkat dan perlindungan kepada Mori Jari Dedek  (Tuhan Sang Pencipta), roh leluhur dan juga restu alam.

Dalam doa-doa asli orang Manggarai secara eksplisit disebutkan nama Tuhan, roh leluhur dan alam. Roh leluhur disini diperyacai sebagai mediasi dan/ atau perantara doa-doa yang dipanjatkan kehadirat Tuhan Maha Kuasa. Karena itu nama leluhur sering diucapkan dalam doa.

Ketika memasuki musim panen, orang Pacar dan Kolang akan mempersembahkan ela (babi) dan manuk bakok (ayam jantan putih) kepada Tuhan dan roh leluhur, agar sudi kiranya memberkati usaha selama masa panen berlangsung.

Doa-doa yang dihaturkan sedianya melalui tudak (bertutur), yang disampaikan oleh tua golo (orang yang dituakan dalam satu kampung).

Pada prinsipnya, prosesi ritual adak (adat) Randang sama seperti ritual Benso Rasi. Perbedaannya hanya terletak pada rapalan kalimat doa si penutur.

Kesamaan ritual ini bisa kita lihat dari tempat diselenggarakannya upacara yang berlangsung di kebun, hingga hewan yang akan dikurbankan.

Pada saat upacara Randang berlangsung, tua golo tampil sebagai pelaku tudak dan/ torok (penutur) sembari memegang babi dan ayam putih jantan.

Ilustrasi tudak yang dilakukan oleh Tua Golo (tangkapan layar video youtube KompasTV)
Ilustrasi tudak yang dilakukan oleh Tua Golo (tangkapan layar video youtube KompasTV)

Setiap satu bait tudak selesai, ia mencabut bulu ayam sehingga ayam itu mengeluarkan suara; koookk!. Sisi lain pada saat upacara Randang berlangsung, sang pemilik kebun beserta keluarga yang hadir mengikuti akan berada disekeliling  dan tidak boleh membelakangi tua golo tadi.

Ada pun rapalan kalimat dalam doa-tudak- itu kurang lebih seperti berikut:

"Yo Mori, agu ihe pa'ang be'le. Gami anak'm loho go'o tegi berkak dite. Perong berkak koe gami one leho-leho nggerolon. Agu porong tadang koe sangget da'at data agu sial selama pua wua weri gami ho len.......(dst). 

Terjemahaan: Ya Tuhan, roh leluhur dan alam, kami anakmu meminta berkat dan perlindungan, kiranya selama masa panen berlangsung ini, kami selalu di jaga, diberikan kesehatan, keselamatan hingga rejeki yang cukup.

Biasanya doa pembuka si tua golo (penutur) seperti itu. Kendati untuk melakukan tudak tidak boleh dilakukan oleh sembarang orang. Dalam hal ini hanya dilakukan oleh sesepuh dan atau tua golo dalam kampung itu.

Saya juga biasanya mengikuti beberapa rangkaiyan acara Randang ini bila memasuki musim panen di kampung. Baik acara yang diadakan sendiri juga mengikuti Randang di kebun tetangga.

Lebih lanjut, ketika upacara Randang ini selesai, dilanjutkan dengan acara makan-makan bersama di rumah pemilik kebun/ si penyelenggara acara. Itu berarti, ase kae ca beo (warga sekampung) turut hadir dan ikut merayakan.

Demikian catatan seputar ritual Randang yang menjadi kultur agraris masyarakat Pacar dan Kolang sejak dahulu kala. Semoga bermanfaat. Terima kasih dan salam hangat.

Tambahan: jangan lupa saksikan juga video KompasTV berikut ini:


Tabe @RL

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun