Kalau tidak ada langkah perbaikan ekonomi di tengah ketidakjelasan kapan berakhirnya wabah ini, lantas mau sampai kapan kita bersimpuh di bawah harapan semu?
Ikhtiar penerbitan new normal yang oleh Jokowi disebut 'bersahabat dengan corona' karena digerakkan oleh kegelisahan akan pencarian dalil-dalil yang memungkinkan simpang-siur gejala alam maupun kehidupan sosial agar tidak berujung chaos, melainkan pada keteraturan.
Pesannya bahwa, kita beraktivitas dan/ atau tetap produktif bekerja seperti pada situasi normal. Dan yang penting tetap mengikuti protokol kesehatan.
Lebih dari pada itu, bila mengulik motif ekonomi di balik penerapan new normal dan/ kondisi normal ini, saya teringat akan rima puisi yang berjudul 'Kerja dan Hari' karya Hesiodos (seorang penyair Yunani Kuno) yang mengatakan demikian;
"Manusia harus bekerja lantaran dewa-dewa membuat makanan tetap tersembunyi, karena jika tidak, dengan mudah kamu akan memperolehnya dalam sehari apa yang kamu butuhkan untuk setahun"
Saya ingin mengatakan bahwa, seiring maklumat new normal a la pemerintah itu, kita harus belajar menyiasati kelangkaan ekonomi dari Hesiodos.
Karena di balik ancaman Covid-19 yang sangat serius ini, ada perut yang harus dikenyangkan. Kalau tidak bisa bekerja dan menghasilkan sesuatu, lantas bagaimana api ditungku dapur tetap menyala?
Tentunya dalam konteks pandemi COVID-19 sekarang ini, kita bekerja tanpa mengabaikan protokol kesehatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H