Bahkan ada kalanya Om-om dorang meminum tuak dan/ BM setelah doa bersama selesai. Hanya saja tidak sampai mabuk. Perlu digarisbawahi ialah, Tuak bagi masyarakat Manggarai merupakan minuman adat yang sifatnya integral dengan sendi-sendi kehidupan.
Fakta lain juga menyuguhkan bahwa, doa Rosario dan/ ngaji giliran melahirkan nilai kebersamaan. Kebersamaan disini membuat hal yang kita sukai menjadi hal yang menarik.
Semisalkan, anak-anak yang suka memakan kue ditempat doa, padahal belum tentu menyukai makanan yang sama dirumah sendiri.
Begitu pula dengan saya, saya lebih suka ngopi barengan ketimbang dewean (sendiri, kata orang Jawa). Mengopi bersama ada kenikmatan tersendiri.
Lebih lanjut, dikunjungi Bunda Maria untuk doa bersama dengan tetangga sekitar sebenarnya sangat menyenangkan dan membanggakan.
Pun selain saling berkunjung, disana kita bisa berdoa dan mengharapkan berkat kesehatan, kebahagiaan dan rahmat bagi sesama.
Duka Korona
Akan tetapi tradisi doa Rosario bersama di bulan bulan Mei kali ini sangat tidak mungkin dilakukan di tengah pandemi coronavirus dan atau COVID-19.
Mengingat sudah ada imbauan/ larangan dari punggawa Negara dan pemimpin gereja supaya tidak berkumpul dan melakukan doa bersama. Selebihnya agar menjaga jarak, tidak bersentuhan fisik demi memotong rantai penyebaran virus corona.
Hal ini sudah menjadi kosekuensi logis, ihwal virus corona sangat cepat menyebar di tengah kerumunan manusia. Oleh karena itu, Mei kali ini kita tidak perlu memaksakan diri untuk berkumpul dan doa bersama.
Tentunya pula, pandemi ini bukan alasan untuk menyurutkan semangat kebersamaan kita dalam doa.
Mari berharap dan serahkan semuanya kedalam tangan Bunda Maria, agar kiranya wabah mematikan ini cepat sirna dan enyah, sehingga kita bisa bersilaturahmi dan berdoa bersama kembali.