Berbagai cara dilakukan untuk menangani COVID-19. Salah satunya ditunjukan oleh aksi inspiratif yang dilakukan Polisi Arsilinus Lentar.
Aksi inspiratifnya itu ditandai dengan memberikan sembako kepada nenek Lusia Ueng (85) yang hidup dan tinggal sebatang kara.
Dengan rumusan bernada puitik dan pesan mendalam, Polisi Arsy menyampaikan harapan itu dalam deskripsi video yang diunggahnya kemarin, Rabu (28/04).
Pada deskripsi video tersebut ia menuturkan "Beliau (nenek Lusia Ueng) sangat merindukan sekali uluran dan/ bantuan dari kita semua. Bila ada yang terunggah hatinya, silakan mengunjungi tempat tinggalnya".
Mudah diterka maksud dibalik kata-kata indah itu. Karena di tengah tragedi coronavirus saat ini, jawaban kita yang paling menonjol adalah keprihatinan. Selebihnya ialah solidaritas.
Polisi Arsy (begitu ia biasa disapa) saat ini bekerja di Polres Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Beliau telah dikenal oleh banyak orang di Manggarai Raya sebagai sosok yang inspiratif dan humanis.
Saya pribadi melihat Polisi Arsy sebagai sosok potensial dan berhasil memerankan wajah ganda dalam pelaksanaan tugasnya sebagai polisi. Yakni, selain menciptakan kekondusivitas ditengah masyarakat juga menyejahterakan kehidupan warga.
Rentetan aksi-aksi kemanusiaan yang dilakukannya acap kali membuat hati terenyuh dan menyita perhatian publik. Kendati, ia kerap mendokumentasikan potongan aksi kemanusiaan itu di media sosial.
Sore hari tadi, saya mendapat izin dari beliau untuk menceritakan kisahnya disini. Disela-sela diskusi kecil bersamanya, ia berkisah bahwa ia tidak tega melihat warga ditempat tugasnya yang terlunta-lunta di tengah wabah COVID-19.
Terlebih-lebih bila menimbang nasib nenek Lusia yang tinggal dirumah reyot pinggir jalan, tidak terurus dan menjalani hidup sebatang kara.