Sebagai contoh, salah satu kebun cengkeh milik kami yang letaknya lumayan jauh dari rumah dan butuh waktu 3 jam perjalanan baru bisa sampai. Lantaran setengah perjalanan bisa dilewati dengan mobil dan/ truk, sementara setengahnya lagi harus dilalui dengan jalan kaki.
Tapi memang kebanyakan orang-0rang desa dan atau buruh petik memiliki nafas panjang dan berotot baja. Mereka sudah menganggap hal demiikian biasa-biasa saja, karena kesehariannya memang sudah seperti itu.
Pun ketika sudah sampai dikebun dan bertengger diatas pohon cengkeh, nyanyian dan kelakar tawa mereka memecah keheningan dan menemani paduan suara-suara burung dan moyet penghuni hutan. Tambah ramai pastinya.
Saya sendiri biasanya tidak bertahan lama bila menaiki pohon cengkeh. Pun tidak kuat berdiri dianak-anak tangga selama berjam-jam. Selebihnya saya hanya bisa pantau mereka dari bawah sembari memutarkan kopi hingga menyiapkan sarapan siang. Hehe
Tak lupa pula saya selalu mencari bahan diskusi agar mereka tidak ngantuk plus melamun diatas pohon
Para buruh petik yang sudah menjadi langganan kami setiap tahunnya ini memang cekatan dan profesional dalam bekerja. Mereka berjumlah 17 orang. Biasanya, 50 pohon-bunga- cengkeh bisa mereka petik tuntas dalam kurun waktu dua minggu.
Terhitung cepat karena kebanyakan pohon cengkeh yang berproduktif berbuah dikebun adalah pohon-pohon cengkeh yang besar dan tinggi. Selebihnya acap kali berbuah lebat setiap tahunnya.
Sementara untuk upah dihitung perhari Rp 90.000 per orang. Nominal ini sudah termasuk makan, minum dan uang rokok. Jumlah upah ini pun setiap masa panen tiba kadang berubah-ubah lantaran disesuaikan dengan harga cengkeh dikalangan pengepul.