Mohon tunggu...
Guıɖo Arısso
Guıɖo Arısso Mohon Tunggu... Insinyur - ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pertanian di Daerah Sulit Berkembang karena Hal Ini...

7 Februari 2020   16:51 Diperbarui: 8 Februari 2020   09:02 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari terakhir ini, imajinasi saya menyelam-nyelam gurita, meliuk-liuk mencari konsklusi. Sembari menemukan delik persoalan yang dialami oleh sebagian besar petani di daerah.

Ada beberapa poin yang berhasil saya tangkap dari kedalaman batok kepala saya itu. Pun kontekstual adanya bila dikorelasikan dengan fakta yang sedang terjadi (alam nyata). Saya melihat banyak karang yang rusak juga biota lautnya yang sudah tercemar.

Karang yang saya maksudkan ialah, ihwal konsep pertanian itu sendiri. Yakni, meliputi aura kongnitif (pengetahuan/ kualitas SDM), psikomotorik (keterampilan) hingga pengolahan pertanian yang masih menggunakan cara-cara lama (tradisional). Dan selebihnya perihal masalah tata niaga.

Dua persoalan di atas merupakan substansi dasar dari jungkir baliknya sektor pertanian di daerah selama ini. Dan ini sudah menjadi diskursus selama bertahun-tahun lamanya.

Seperti halnya para petani di tempat saya. Semangat bertaninya memang tidak main-main. Bertenaga kuda. Pergi pagi-pagi buta, pulang ketika matahari sudah ditelan telaga. Begitu melulu setiap hari. Tapi luput dari kata sejahtera. Kenapa yak?

Usut punya usut, ternyata....

Nyaman dengan Konsep Tradisional
Tujuh puluh persen masyarakat di Pulau Flores adalah petani, sisanya menggeluti ragam profesi. Ada nelayan, peternak, birokrat hingga wiraswasta.

Pulau Flores merupakan salah satu pulau yang tersubur di Nusa Tenggara Timur. Berbeda dengan pulau-pulau lain, reksa wilayah Flores beriklim tropis dan curah hujan sedang hingga tinggi.

Berangkat dari keunggulan komparatif ini, masyarakat Flores cendrung mengolah lahan basah untuk berkebun, bersawah dan bercocok tanam. Berbeda dengan pulau-pulau lain direksa NTT yang umunya mengolah lahan kering untuk peternakan dan pengolahan tambak garam.

Sebagian besar kadar tanah basah di Flores sesekini kurang dimanifestasikan dengan baik. Cenderung disalah urus. Cukup banyak pula lahan tidur yang terbengkelai dan tidak difungsikan (ditanami tanaman). Padahal lahannya subur.

Kebanyakan petani di Flores adalah tipe petani yang berafiliasi dengan semua jenis komuditas. Dalam artian tidak mandiri dengan satu jenis tanaman saja yang benar-benar menjadi fokus taninya. Fenomena ini sudah menjadi Kultus tersendiri.

Semisalkan dalam satu bidang tanah, di dalamnya ditanami berbagai jenis komuditas; ada porang, cengkeh, kopi, durian, coklat, rambutan, nanas, umbi-umbian, sawo, kroso dan masih banyak lagi.

Tentu cara merawatnya pun sangat susah, kosenstrasi pun pecah dan terbagi-bagi. Hal ini bila saya perhatikan justru menjadi anti-tesis dengan pola pertanian di Pulau Jawa, Bali hingga daerah-daerah lain.

Di mana para petani hanya bergelut dengan satu komuditas pertanian saja. Seperti kebun cengkeh di Munduk, Bali hingga perkebunan tebu di Malang, Jawa Timur. Perawatannya pun begitu intens dan tertata.

Di sini, lebar sekali jurang perbedaan konsep pertaniannya.

Perlu Bimbingan
Kembali lagi ke ihwal Sumber Daya Manusia (SDM). Hemat saya perlu pencerahan konsep pertanian secara parsial. 

Masyarakat tani di daerah saya sebenarnya etos kerjanya (bertani) sangat tinggi dan berdarah-darah. Kekurangan hanya satu, mengenai konsep pertanian ala masyarakat urban.

Siapa kira-kira agen penyuluhan dan tenaga pelatihannya? Saya kira disini kita tidak perlu menunggu wahyu langsung dari Tuhan dan mengetuk kesadaran pemerintah daerah untuk mulai bergerak dan mengedukasi.

Saya dan Anda adalah agen perubahan. Tentunya dengan pengetahuan yang kita punyai kini setidaaknya bisa membantu. Yang kira-kira bila dibuat master plannya adalah sebagai berikut:

  1. Menumbuhkan jiwa wirausahawan dalam bidang pertanian
  2. Penyuluhan kemandirian bertani (pola bercocok tanam)
  3. Memperkenalkan konsep pertanian moderen
  4. (Mungkin ada tambahan?)

Memandirikan usaha pertanian memang tidak gampang. Apalagi berusaha menarik mereka untuk keluar dari 'zona nyaman'. Tapi apa boleh dibuat, saatnya bergerakk!

Salam petani Indonesia!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun