Sepanjang dua tahun (2018-2019) terakhir ini harga komuditas cengkeh dikalangan petani didaerah kian terjun bebas. Entah kenapa memasuki awal 2020 ini tambah melempem saja.
Saya sendiri sampai bosan karena bertanya melulu perihal harga cengkeh ini kepada seorang pengusaha (penadah cengkeh) langganan kami di kota Labuan Bajo, Manggarai Barat.
"Bos bagaimana, ada perubahan harga sejauh ini?" tanyaku via Whatsap
"Masih belum. Justru turun tiga digit. Sekarang 62 ribu/kg" jawabnya
[Setelah itu saya saya tidak bertanya banyak lagi dan secepat cahaya menutup obrolan]
'Kapan baru bagus harga ni ee?', Persisnya begitulah ihwal pertanyaan yang selalu terbersit didalam batok kepala saya, sesudah menghubungi si bos tadi.
Pasalnya, sewaktu bulan Oktober 2019 kemarin, harga cengkeh masih boleh dibilang berdaulat. Yakni 90 ribu. Tapi selepas bulan berikutnya, tiba-tiba jatuh saja ke 65 ribu. Hingga kini turun tiga digit lagi menjadi 62 ribu. Gimana gak nyesel cobak?
Gelisah yang Simultan
Kebetulan juga saya punya banyak rekan-rekan petani cengkeh yang tersebar dibeberapa reksa wilayah di Indonesia. Baik petani cengkeh (sestrata) ingusan dengan saya, hingga petani profesional.
Pada awalnya saya bertemu dengan juragan-juragan ini pada grup 'Petani Cengkeh Indonesia' di facebook. Dalam grup ini segala macam informasi berkaitan dengan cengkeh dikupas habis-habisan. Baik ihwal terminologi yang sifatnya teknikal (menamam--memetik), hingga curhat-curhatan soal harga komuditas.
Biasanya menginjak masa panen dibulan Januari seperti sekarang ini, beranda grup dibanjiri oleh postingan (foto) ramainya situasi pemetikan cengkeh di kebun. Dan tak lupa pula ditaburi oleh sedikit deskripsi yang membuat hati terenyuh, semisalkan "panen berlimpah ditengah harga yang mencekik leher".
Tak bisa terelakkan memang memasuki masa panen cengkeh, harganya tiba-tiba saja turun. Dan saya pikir ini sudah wajib hukumnya. Kendati fenomena seperti ini tidak hanya pada saat musim panen cengkeh saja, melainkan berlaku untuk segala macam jenis komuditas pertanian.
"Tentu dengan harga yang terjerembab ini cendrung menjadi anti-tesis ditengah nafas harapan agar ekonomi kembali berdenyut dikalangan petani".
Ada pun fakta lain yang membuat petani cengkeh galau berjama'ah, simultan dan berbetulan ialah, karena harga cengkeh beberapa tahun terakhir ini tidak mampu menutupi pengeluaran biaya saat masa panen.
Ambil contoh saja misalnya, diwilayah Sulawesi untuk upah harian para buruh petik ialah 110 hingga 120 ribu per orangnya. Jumlah ini belum termasuk dengan uang makan, minum dan rokok.
Baca juga : Ihwal Kebangkitan Petani Cengkeh, Selepas Porak-poranda Badai Angin
Katakanlah dalam sehari seorang pemetik hanya mampu menghasilkan 9-10 kg cengkeh mentah. Itu berarti bila dihargakan (cengkeh saat ini) hasilnya dibagi dua. Dalam hal ini si pemilik kebunnya rugi. Terkecuali memang ada sistem lain (MoU).
Kalau untuk diwilayah saya, Manggarai, sejauh ini memang sedikit beruntung kendati upah setiap buruh petik perharinya 50 sampai 60 ribu. Yang bisa dibulatkan 70 ribu dengan tanggungan makan, minum dan rokok. Pun masing-masing dari mereka mendapatkan 1 kg cengkeh dari 10 kg yang bisa dihasilkan dalam sehari.
Dan untuk hari ini, Sabtu (25 Januari 2020) harga cengkeh dihampir semua reksa wilayah di Indonesia berkisar antar 63 sampai 68 ribu rupiah. Turun dari semulanya dari harga 85 hingga 90 ribu perkilo (untuk cengkeh kering).
Fluktuatif Harga
Pasang surutnya harga komuditas pertanian cengkeh akhir-akhir ini tentu sangat tidak mengenakan. Apa mungkin karena hal ini imbas dari rendahnya permintaan industri kali yak? Atau oleh karena ada sebab-sebab lain.
Ditambah lagi dengan keterbatasan akses petani mengenai harga. Satu-satunya sumber informasi kaitannya dengan harga sejauh ini yakni yang bersumber dari para pengusaha lokal dan pusat. Ini tak terlepas dari peran mereka sebagai pemain tunggal dipasaran.
Baca juga: Bisnis Porang yang Harganya Mulai Bersaing dengan Cengkeh
Beberapa hari ini saya juga bolak-balik searching harga di internet sampai jungkir balik, tapi hampir semua sumber yang saya temukan memuat angka-angka yang tidak valid. Kendati tidak relevan dengan keadaan harga dikalangan petani.
Bisa juga merupakan harga dari tahun yang lalu yang lupa diperbaharui angka-angkanya.
Entahlah. Semoga dalam waktu dekat, harga cengkeh menanjak lagi..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H