Februari 2014 merupakan diskursus buruk karena menciptakan kisruh batin yang berbetulan, simultan dan mencekik leher. Terkhusus bagi kami sekeluarga dan umumnya bagi petani-petani lain di Manggarai.
Situasi itu memang sangat tidak mengenakan bila dikenang. Fakta lain juga menyuguhkan bahwa, pada waktu itu bukan hanya tanaman cengkeh milik kami saja yang patah, bahkan milik petani-petani yang lain juga.
Sungguh sangat merugi, lantaran pada saat itu pula tanaman cengkeh mulai menumbuhkan bunganya. Tapi mendadak gugur saja usai 'diperkosa' habis-habisan oleh badai angin super kencang. Sepanjang tahun itu pula terjadi gagal panen besar-besaran di kalangan petani.
Situasi ini merupakan fenomena alam yang paling signifikan sepanjang sepuluh tahun terkahir. Kiranya begitulah alam bekerja, tidak akan ada yang bisa melawan dan menandinginya.
Tapi pada prinsipnya, setelah melewati masa-masa sulit itu, kami dan serumpun petani-petani cengkeh yang lain bangkit dari kegalauan dan kemudian bersemangat dengan gesitnya menanam cengkeh lagi. Karena bila berlarut-larut dalam kesedihan akan melahirkan kehampaan.
Kini pohon cengkeh yang patah itu sudah ada gantinya. Tepatnya digantikan oleh bibit pohon cengkeh yang berumuran enam tahun lebih. Sejauh ini belum ada tanda-tanda berbuah mengingat usianya yang masih relatif muda.
Karena biasanya usia produktif tanaman cengkeh baru berbuah pada umur 9 tahun ke atas. Hal ini justru berbeda dengan di daerah lain (di luar Manggarai) yang tanaman cengkehnya bisa berbuah sejak umur 5 tahun. Tentu ada banyak faktor yang melatarbelakangi, semisalkan perbedaan kesuburan tanah, iklim hingga volume curah hujan.
Bangkit dari Musibah
Berangkat dari porak-porandanya sebagian hingga seluruh tanaman cengkeh pada enam tahun yang lalu tersebut, kini petani cengkeh di tempat saya sudah mulai bangkit seraya menggalakan penanaman cengkeh lagi. Pun mulai mempertimbangkan kemungkinan adanya pohon cengkeh yang patah diterpa angin lagi.
Adalah dengan cara menanamkan tanaman dan atau pohon pelindung. Pohon pelindung yang saya maksudkan di sini ialah seperti pohon mahoni, jati, angsono hingga durian. Hal ini dipercayai agar bisa menghalau dan memecah gelombang angin. Singkatnya pohon-pohon ini menjadi benteng terluar.
Pun ihkwal lain penanaman pohon besar ini dimaksudkan selain menjadi pelindung juga bisa menaungi pohon-pohon kecil di bawahnya. Agar tidak terkena sengatan matahari langsung pada saat musim kemarau.