Mohon tunggu...
Guest X
Guest X Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hidup Ini Adalah Kesempatan

Aku hanya tamu di bumi ini.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perayaan Natal dan "Lucky Draw"

17 Desember 2017   16:30 Diperbarui: 23 Agustus 2021   06:10 1108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa sih yang dicari ketika mengikuti Perayaan Natal ?

Anak-anak berharap mendapat hadiah Natal.

Orang muda dan dewasa berharap menyaksikan acara hiburan Natal. Seringkali mendatangkan bintang tamu. Bahkan, bintang tamu yang konon terkenal di seantero tanah air.

Mungkin juga sebagian orang mengharapkan perjamuan Natal yang tersedia secara cuma-cuma.

Sebagian lagi berharap mendengarkan khotbah Natal yang menyentuh hati atau menginspirasi. Namun, hal ini sebenarnya dengan mudah didapatkan dalam ibadah Natal di dalam gereja.

Sebagian lagi merindukan suasana syahdu ketika ada ratusan hingga ribuan orang menyanyikan lagu "Malam Kudus" di bawah temaram cahaya lilin.

Sebagian lagi menikmati kesempatan bertemu banyak kawan lama yang pulang kampung di Musim Natal.

Ada banyak alasan untuk merayakan Natal di luar ibadah Natal yang lazimnya dilakukan pada tanggal 24 Desember malam atau tanggal 25 Desember setiap tahun di lingkungan gereja.

Perayaan Natal di luar lingkungan gereja diadakan oleh berbagai komunitas. Mulai dari komunitas keluarga besar, komunitas diaspora, komunitas pekerjaan, komunitas hobi, komunitas alumni,... hingga komunitas partai politik. Ibadah Natal di gereja saja tidak dianggap afdol. Maka, tidaklah mengherankan, seorang yang terlibat di banyak komunitas mungkin akan menghadiri satu atau lebih perayaan dalam sehari sepanjang bulan Desember.

Perayaan Natal bukanlah ibadah, tetapi biasanya didahului ibadah. Perayaan Natal seringkali terbuka untuk umat beragama bukan Kristen.

Perayaan Natal bukan hanya ibadah, karena ibadah Natal bisa dilakukan di gereja.

Perayaan Natal adalah cara membuat Natal menjadi "raya". "Raya" berarti : besar. Perayaan berarti pesta.

Tapi, tak semua Perayaan Natal menarik hati para undangan. Acara hiburan, makanan, dekorasi yang apik tak lagi menjadi daya tarik. Diperlukan "gimmick" untuk mendatangkan tamu ke Perayaan Natal agar suasana "raya" tercipta.

Sekarang ini, semakin sering undangan Perayaan Natal diimbuhi dengan kata-kata "ada lucky draw".

Hadiah "lucky draw" menjadi iming-iming agar orang-orang sudi meringankan langkah untuk menghadiri Perayaan Natal.

Sungguh mengherankan! Mengapa memaksakan diri mengadakan Perayaan Natal yang sudah kehilangan daya tariknya? Jika orang datang ke suatu pesta demi "lucky draw", dimanakah kehormatan dan kemegahan pesta demikian? Apa yang sesungguhnya di"raya"kan ?

Perayaan Natal semakin lama semakin jauh dari esensinya. Semakin nyata, Perayaan Natal cenderung dilakukan sebagai sarana berpesta ria. Pesan Natal (Kelahiran) Yesus Kristus hanya jadi salah satu pernik kecil yang hanya tampak sayup di tengah ke"raya"an Musim Natal .  

Sungguh menyedihkan! Degradasi Perayaan Natal dilakukan oleh umat Kristen sendiri, bahkan oleh gereja dan pemimpinnya.  

Waktu kecil kita merindukan Natal
Hadiah yang indah dan menawan
Namun tak menyadari seorang bayi t'lah lahir
Bawa keselamatan 'tuk manusia

Waktu pun berlalu dan kita pun tahu
Anugerah yang ajaib dari Bapa
Yang relakan anak-Nya disiksa dan disalibkan
Di bukit kalvari kar'na kasih

Reff :

Karena kita Dia bri hidupnya
Karena kita Dia tanggung derita
Agar dunia yang hilang diselamatkan
Dari hukuman kekal

(Lirik lagu "We Are the Reason" oleh David Meece)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun