Mohon tunggu...
Muhamad Herfin
Muhamad Herfin Mohon Tunggu... -

http://rumahburuh.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berhenti Menyalahkan Demo Buruh

9 November 2012   01:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:44 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dimana-mana, korban seharusnya dibela. Ia semestinya mendapatkan perlindungan. Kutukan, cacian, sumpah serapah, dan sejuta kebencian, hendaknya ditujukan kepada pelaku. Adalah kekeliruan besar, jika kemudian ada yang menyalahkan korban. Tulisan ini barangkali untuk kawan-kawan buruh yang sedang melakukan mogok kerja, dimanapun mereka berada. Menjawab pendapat orang yang cenderung menyalahkan mogok kerja, karena disamping akan mengganggu iklim investasi juga bisa merugikan buruh itu sendiri. Mogok kerja membuat investor takut, masyarakat ketar-ketir kalau pabrik bangkrut dan mereka kehilangan mata pencaharian, pengendara terhambat karena kerumunan orang yang mengakibatkan kemacetan. Saya rasa, pernyataan-pernyataan itu tidak netral. Meskipun tak jarang disampaikan oleh orang yang tidak memiliki ikatan apapun antara pengusaha dan buruh yang melakukan pemogokan, terasa sekali ada kesan kuat untuk menyalahkan buruh yang sedang melakukan mogok kerja. Jujur, saya tidak bisa terima dengan hal-hal seperti ini. Jangan salah menilai, apalagi hanya didasarkan pada sikap sentimentil tanpa memahami latar belakang mengapa pemogokan sampai dilakukan. Cobalah berfikir dengan jernih. Apa yang harus dilakukan oleh buruh, misalnya, ketika mereka tidak mendapatkan upah sesuai UMSK – yang seharusnya mereka dapatkan – dan pengusaha tidak bersedia berunding dengan mereka? Ketika pengusahanya mempekerjakan buruh outsourcing di bagian produksi – dan ini melanggar hukum – tetapi tidak pernah menanggapi ketika diajak berdiskusi? Apakah buruh-buruh itu harus bersabar menunggu satu saat nanti pengusaha berbaik hati dan memberikan hak-hak pekerja secara sukarela? Sementara sudah lebih dari sepuluh tahun kondisi ini terjadi, tanpa ada tanda-tanda akan segera diakhiri. Ketika hal itu sudah terjadi lebih dari sepuluh tahun, dan baru kali ini mereka mengatakan ”tidak” untuk upah murah. Masihkah kalian tega menyalahkan mereka, yang menuntut agar keadilan ditegakkan. Cukup saya katakan: jika mogok kerja dilakukan bukan untuk mogok itu sendiri. Undang-undang Ketenagakerjaan sudah mengatur dengan ketat, bagaimana sebuah pemogokan bisa dilakukan. Tidak pernah terfikirkan sedikit pun oleh kami bahwa mogok kerja menjadi sebuah tujuan. Bagaimanapun, kami lebih suka bekerja ketimbang menghentikan mesin produksi. Dan karena kami adalah manusia – bukan mesin – maka kami ingin dihargai sebagaimana layaknya manusia. Dibayar tunai sebelum keringat kami mengering, sesuai dengan apa yang seharusnya kami dapatkan. Kami menyakini bahwa pengusaha yang membayar upah buruh dibawa upah minimum adalah pelanggaran pidana. Dan itu adalah pidana kejahatan. Jika pun kemudian mogok kerja dilakukan, maka sejatinya itu adalah cara kami untuk melawan penjahat. Lalu mengapa kami yang disalahkan, dan bukan si penjahat itu yang dikecam? ”Bikin macet!” Ach, hampir setiap hari macet terjadi dimana-mana. Tetapi kalian lebih banyak diam. Tidak pernah menyalahkan pemerintah yang abai membangun insfrastruktur. Tidak banyak protes meski jalanan berlubang dimana-mana, angkot dan bus-bus umum yang sudah reyot tanpa peremajaan, ketika tol tidak lagi menjadi jalan bebas hambatan. Dan lagi pula berapa lama kemacetan yang terjadi akibat aksi buruh? Satu jam, dua jam, tiga jam? Kami bahkan sudah lebih dari sepuluh tahun menderita berada dalam sistem yang tidak berpihak dan cenderung mengeksploitasi. Sudahlah, jangan salahkan kami. Justru sebaliknya, mari bergabung untuk memenangkan perjuangan ini…. http://kaharscahyono.wordpress.com/2012/04/17/berhentilah-menyalahkan-kami/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun