Mohon tunggu...
Gubuk Literasi SMAIS
Gubuk Literasi SMAIS Mohon Tunggu... Penulis - Komunitas Literasi SMA Islam Sabilillah Malang

Kumpulan siswa-siswi melek baca-tulis di SMA Islam Sabilillah Malang Boarding School Sistem Pesantren. Berdiri sejak 1 Agustus 2018 dan telah meretaskan 80 buku solo maupun antologi ber-ISBN.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ruang Untuknya

5 Mei 2024   11:28 Diperbarui: 5 Mei 2024   11:42 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penulis: Na'ila Zalikha Puradin

Kelas: X 2A

--------------------------

Bandung, sabtu, 12 januari 2023

Kepulan asap dari ramainya aktivitas manusia menjadi saksi sepi dan runtuhnya gadis itu, berlalu lalang sang pemilik pun tak lagi dihiraukannya, memang ramai bahkan sangat berisik namun tak sekalipun hal tersebut mengusik gadis itu, ia terlalu kalut di telan dahulu bersama lautan bising dari kepalanya, terlempar jauh pada potongan-potongan memori yang terus-menerus menghujam seolah berniat untuk menghakimi ia di masa lalu. Beralaskan kursi taman gadis itu mendudukkan dirinya seraya menatap hampa kota yang malam itu terlihat sangat cantik dan sendu mengingat hujan yang baru usai singgah serta membasahi kota itu, tapi tak sejalan dengan pandangan gadis tersebut menurutnya setiap sudut dari kota ini hanya luka baginya, luka yang menjadi saksi direbutnya sosok itu darinya.

"ALUNA!"teriak seseorang ketika netranya tak sengaja menangkap sosok yang begitu dikenalnya, merasa ada yang memanggil namanya gadis bernama Aluna itupun sedikit menoleh ke arah asal suara tersebut, hanya sekilas sebelum gadis itu Kembali mengarahkan pandangannya ke tempat yang sama.Merasa tak dihiraukan oleh sang pemilik nama ia pun bergegas menghampiri gadis yang dimaksud.

"Aluna kamu ga dengar saya?" ujarnya seraya meraih bahu ringkih tersebut serta mencoba untuk menatap wajahnya ,tetap tak ada jawaban dari sang pemilik nama hanya tolehan sementara namun sebelum gadis itu  kembali mengalihkan pandangannya, langsung berhasil dicegah dengan pegangan yang begitu hangat menyentuh bahunya membuat netra keduanya bertemu dan kali ini tak ada penolakan lagi. Ditangkapnya pandangan yang terlihat begitu hancur dan berantakan seolah hilang harapan.

"Siapa?"

"saya abhi, kita pernah ketemu di rumah sakit tempat ibumu dirawat"

"mau apa kamu?"

"saya tidak bermaksud jahat Aluna, saya hanya ingin menolong dan menjadi temanmu"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun