Penulis: Az zahra Trisda Ardelia
Kelas: X 2B
--------------
Tentang kita yang tak pernah bertemu
tentang kita yang bersusah payah menahan nafsu
dan inilah kisah kita dapat berlalu
Â
Â
30 maret 2024
-----------------------
Masa yang banyak dinanti tentang kisah yang akan bersemi, SMA. Seringku bayangkan kisah percintaan ini akan bertumbuh saat menginjak bangku sekolah menengah atas, namun siapa kita kisahku akan berakhir di pondok pesantren yang untuk melihat lelaki saja susahnya minta ampun. Sedari SMP aku sudah menunggu waktu ini, waktu yang ku kira aku akan dapat terbang sebebas yang aku mau, namun takdir berkata lain...
"Gamau bund, adek maunya di negeri aja!" ocehku kepada bunda yang membahas tentang sekolah lanjutku
"Kamu tau pergaulan diluar sana gimana buruknya buat kepribadian kamu, bunda mau yang terbaik buat kamu Ra."
Nasihat bunda yang selalu membuatku dongkol entah mengapa, aku tau semua itu untuk kebaikanku sendiri, tapi remaja mana yang tidak mau memiliki masa SMA yang bebas diluar sana. 3 bulan berlalu waktu penerimaan santri baru mulai dibuka dan aku yang tidak bisa melawan apa yang orang tuaku perintahkan. Aku sudah menolak semampu yang aku bisa namum apa boleh buat jika restunya begitu. Menurutku menjadi santri juga ada dampak positifnya karena mungkin aku bisa mendapat banyak teman dan pengalaman seru seperti yang orang orang ceritakan di twitter.
Waktu berjalan secepat sambaran petir, seminggu lagi  tidak terasa aku sudah menjadi santri di pondok pesatren yang tidak pernah sekalipun terpikir bahwa aku akan melanjutkan pendidikan disana, Hari itu suasana hatiku sangat buruk, aku hanya merengek kepada bunda dan ayah karena aku belum siap berpisah dari mereka. Hari pertama aku lewati dan terasa sangat lama karena hanya dipenuhi dengan tangisan. Seminggu disana rasanya sudah seperti satu dasawarsa yang tak kunjung usai, meskipun sudah memakan lumayan banyak waktu disana aku tak kunjung betah dilingkungan baru ini, dan ternyata anggapan bahwa disini akan seru ternyata salah besar..
Banyak masalah yang aku lewati disini, mulai dari menjadi buronan ustadzah karena sering telat mengikuti sholat berjamaah sampai kamarku yang sering ku tinggal dengan keadaan sedikit berantakan, iyaa sedikit sekali. Setelah banyak tangisan yang aku tumpahkan disini akhirnya tiba juga waktu dimana aku bisa pulang meskipun hanya seminggu. Dirumah aku banyak menceritakan masalahku di pondok dengan bunda, aku merengek meminta pindah sekolah dengan berbagai alasan masalah yang memang benar terjadi. Namun respon bunda hanya menyuruhku bersabar dengan segala ujian hidup ini.
Setelah waktu balik pondok tiba, di pondok di adakan acara gabungan bersama laki laki. Itu pertama kalinya aku  melihat batang hidung laki laki disana padahal sudah hampir 3 bulan aku disini. Hari itu pertama kali aku melihatnya..
Entah kenapa diantara ratusan santri aku hanya melihatnya, pandanganku tertuju padanya. Dia yang selalu menundukkan pandangan ketika melewati kami, santri putri. Dan dia yang selalu tersenyum dalam bicaranya. Saat itu aku belum mengetahui nama laki laki itu, dan aku juga tidak terlalu peduli karena pikirku ini hanya efek terlalu lama tidak melihat laki laki.
Hari ini aku ditugaskan oleh ustadzah ke kediaman nyai di pondokku untuk menyampaikan sedikit pesan, tapi siapa sangka aku bertemu dengannya lagi disana, dengan dia yangmembuat pandanganku tertuju kala itu. Disana dia bertemu kyai mungkin juga dengan urusan yang sama denganku. Karena terlalu kepo siapa lelaki itu, sepulang dari sana aku menannyakan nama dia pada temanku yang bisa dibilang sumber informasi pondok, entah bagaimana dia bisa mengetahui semua informasi disini terutama lelaki.
"Eh Nov, kamu tau ga si cowok yang aku kasi tunjuk kamu waktu kita pertama kali acara gabungan sama cowok, siapa si namanya ?."
"Ohh, dia namanya Dikta, kamu suka ra sama dia?."
"nggaa, apaansi cuma kepo doing."
Percakapan malam itu tentang dia hanya berhenti sampai disitu saja. Namun waktu terus berlalu hingga tiba waktu kelulusanku, dan tetap dengan dia yang kulihat di waktu itu.Mungkin aku hanya pernah melihatnya 3 kali selama disini, tapi entah kenapa rasa itu selalu sama. Jantungku selalu berdetak kencang seperti starter motor ninja abang abang di pertigaan.
Setelah lulus tanpa kusangka sosok yang bahkan tidak pernah aku kenal itu tiba tiba datang melamarku ke rumah. Dia yang selalu aku kagumi selama SMA dahulu, tanpa disangka ternyata saat pertama kali acara gabungan dahulu, dia juga melihatku dan memiliki rasa yang sama, selain itu yang membuatku lebih kaget ternyata dia selalu mendoakanku di sepertiga malamnya, agar aku hanya bisa menjadi miliknya dan tidak dimiliki orang lain. Saat kutanya mengapa dia hanya menjawab
"Karena aku yakin sama kamu, entah kenapa aku merasa kalo kamu lauhul mahfudz yang selama ini aku tunggu."
Jawaban singkat yang dapat meluluhkan hatiku, meskipun terdengar sedikit alay tapi aku bersyukur mendapatkan dia, yang selalu menjaga pandangan dan menjagaku dari doanya di sepertiga malamnya. Hanya ini cerita singkat tentang kisah cintaku yang mungkin tidak seindah milik orang orang diluar sana, namun tidak semua orang bisa memilikinya..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H