"Segera mundur!" teriakku kembali sambil pergi keluar ruangan dari tembok yang telah roboh. Setelah aku keluar dari ruangan, tiba-tiba seorang pria yang wajahnya tertutupi kain yang hanya memperlihatkan matanya menembakkan senapan AKM kepadaku. Langkahku langsung terhenti dan melompat ke belakang untuk menghindari radius tembaknya.
*Drrrrrt!
Aku mengokang senapan AK-101 milikku lalu menunggu saat yang tepat untuk menembak. Setelah 2 detik, suara rentetan tembakan seketika berhenti. Aku langsung memperlihatkan sedikit bagian tubuhku dan mengarahkan laras senapanku yang telah siap menembak kepada wajah pria tersebut.
*Dor! Dor! Dor!
3 tembakan aku lepaskan dan salah satunya dengan tepat mengenai dahi pria tersebut yang sudah pasti membuat  kesadarannya melayang ke alam lain. "Safe!" Aku langsung melanjutkan perjalananku ke ruangan lainnya dari gedung ini. Salah satu anak buahku yang dari Iraq tiba-tiba berhenti. "Tunggu kapten." Aku segera berhenti. "Ada apa?" tanyaku padanya. Dia berjalan mendekati sebuah laci meja dan tiba-tiba sebuah suara terdengar.
*Cting
Salah satu anggotaku langsung menyadari suara apa barusan itu. ""Granat!"" teriak kami bersamaan.
*Boom!
Ledakan muncul dari laci meja yang menyebarkan ribuan serpihan kayu melesat bersamaan dengan serpihan granat.
      "Aaaaaaakh! Aaaaakh! Sakit! Sakiiittt!!!"
      "Aku tidak mau mati seperti ini!"