Tapi memang begini keadaannya, hanya aku dan kamu yang terjebak fana
Dua insan yang terjebak dalam terombang - ambing dalam museum palsu realita
Akhirnya lembaran demi lembaran ini aku buat untuk mengakhiri semua semu yang masih tersisa
Melepas semua untai rajut yang tersisa antara : Aku, kamu, kita, dan sebuah cerita
Aku selalu merasa kenapa kita sulit untuk lepas dari segala hubungan, padahal kita sudah saling tahu bahwa semua hanya sia - sia belaka. Tapi otak kita entah mengapa tidak bisa diajak berkompromi atas hal itu, berlomba memeluk fana yang berakhir nestapa dan berakhir sia - sia. Akhirnya aku sadar bahwa semua tidak bisa dipaksa untuk terus terus ada.
Sama halnya dengan sepatu favorit yang selalu kau paksa untuk dipakai, hanya karena kau merasa itu cocok. Sehari pertama kamu merasa baik - baik saja, besoknya kamu merasa sedikit tidak nyaman, lusanya mungkin kakimu sedikit terluka. Lantas kau masih terus memakainya seminggu kemudian kakimu mulai berdarah, apa kamu akan terus acuh terhadap semua hal itu terus memaklumi sampai akhirnya membuat dirimu semakin sakit, kamu mungkin terlalu sayang untuk membuangnya tapi kamu juga memiliki pilihan untuk menyimpannya dalam sebuah kardus yang tertulis “barang mudah pecah” lantas menyimpannya di sisi lemari paling atas dan hanya membukanya saat kamu ingin melihatnya atau menerima bahwa kita sudah kehilangan masa untuk meniti jalan bersama. Kamu akhirnya tersadar bahwa semua memiliki masa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H