Mohon tunggu...
Guadalopez Ndiki
Guadalopez Ndiki Mohon Tunggu... Guru - Guadalopez

Guadalopez

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Luruh dalam Sekejap

14 Agustus 2024   10:00 Diperbarui: 14 Agustus 2024   11:17 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

       Alarm berdenting kencang mengusik keheningan pagiku yang masih diselimuti langit gelap dan dingin. Sekali hentak, ku angkat handphoneku dan melirik angka yang tertera disana...pukul 04.00. Ah...aku masih ingin tidur, masih ingin terlelap menikmati dingin dan heningnya pagi. Mataku terkatup tapi pikiranku tak mau diam. Sejuta alasan yang harus memaksa mataku terbuka. Memasak, mencuci piring, menyapu rumah, menyiapkan seragam, berangkat kerja tepat waktu terus mendesakku untuk bangun. Aku harus segera bangun. 

       Kubuka pintu rumahku menghirup udara segar dan dingin yang merambat masuk lewat hidungku. Sungguh menyegarkan. Aku mulai beraktifitas seperti biasanya yang kulakukan setiap pagi mulai pukul 04.00sampai05.30. Selama satu setengah jam aku menikmati kesunyian dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Bahagia selalu menyelimutiku saat bekerja dibawah keheningan sambil menikmati segelas kopi yang sesekali kuteguk. Mungkin sebagian orang bosan dengan aktifitas ini, tetapi aku sangat menikmatinya karena bekerja dalam keheningan dan menikmatinya. Walaupun menumpuk tetapi teras ringan.

     Sekarang waktunya berangkat kerja. Aku dengan segudang kebahagiaanku yang kubangun dari pagi membawanya ke tempat kerja agar hariku tetap indah dan berwarna. Sekelompok besar anak-anak yang menanti kehadiranku untuk kutemani belajar dan menata masa depan mereka. Kebahagian dan warna yang kutampung sejak pagi harus kubagikan dengan mereka agar mereka juga bahagia.

    Semangat dan kebahagianku yang kubawah dari rumah, terkadang dihancurkan dalam waktu 45 menit. Dalam waktu yang sesingkat itu aku hanya kata-kata saja  bisa membuat aku tiba-tiba merasa lelah dan bosan. Ya....pertahananku luruh dalam sekejap. Dengan hati yang besar aku berdoa...oke Aku akan baik-baik saja, besok akan kumulai lagi. Besok aku akan membangun pertahanan hati, kebahagian dan warna yang lebih kuat. Karena banyak orang yang membutuhkan cahaya kebahagiaanku. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun