Duduk bersebelahan dengan secarik kertas, seorang coach (orang yang mengcoaching orang lain ) memberikan beberapa pertanyaan kepada Coachee (orang yang sedang di coaching), seorang mahasiswa tingkat akhir di salah satu perguruan tinggi jakarta, yang mengalami masalah bosen di kelas, tugas kuliah yang menumpuk, UAS tidak belajar, tugas dikerjakan tidak maksimal selalu mengumpulkan di akhir-akhir batas waktu.
Berikut ini percakapannya,
Coach : “Seberapa pentingnya mengerjakan tugas kuliah menurut kamu ?”
Coachee : “Sebenarnya sih, mengamankan nilai, tugas itu memacu kita untuk belajar, dan tugas itu melatih etos kerja kita yang nantinya dalam dunia kerja”.
Coach : “Apa sih pentingnya kamu mengerjakan tugas dengan baik ?”.
Coachee : “Hidup saya akan tenang dan saya bisa mengerjakan hal-hal lainnya”.
Coach : “Apa sih pentingnya ketenangan dalam hidup kamu ketika mengerjakan tugas dengan baik ?”.
Coachee : ”Saya bisa mengerjakan hal-hal yang lainnya, dalam otak saya ada space buat istirahat”.
Coach : “Hal terkecil apa yang bisa kamu lakukan untuk mengerjakan tugas dengan baik ?”.
Coachee : “Saya akan langsung liat berkas, kemudian tidak menunda-nunda , langsung saya kerjakan”.
Diatas merupakan percakapan yang didemontrasikan, Iis Susilowati, seorang Coach bersertifikat internasional,dihadapan peserta yang hadir dalam pelatihan coaching for teacher yang diselenggarakan Maxima Indonesia di Roemah Djawa beralamatkan Jl. Gudang Peluru Timur Tebet Jakarta Selatan, Sabtu (28/1).
Diikuti sekitar 30 peserta yang terdiri dari para pendidik, praktisi pendidikan dan mahasiswa, Lulusan S1 Ekonomi Manajemen ini memberikan penjelasannya tentang pentingnya coaching yang bisa digunakan di sekolah untuk mengurai permasalahan yang dihadapi siswa sehingga muncul ide-ide kreatif berupa solusi dan semua itu muncul dari siswa itu sendiri.
“Teknik coaching ini bisa menguraikan masalah dan digali bagaimana mencari solusinya dan itu semua didapat dari diri siswa sendiri”, paparnya
Alumni Kelas Inspirasi Program Indonesia Mengajar juga menjelaskan, bahwa menjadi seorang coach harus mempersiapkan diri berupa persiapan dalam diri coach itu sendiri. Seperti cara berifikir terhadap orang lain, kemudian tanamkan dalam pola pikir, dimana seorang coach tidak bisa mengubah orang lain, hanya diri coachee sendirinya lah yang bisa merubahnya, dan tak kalah pentingnya selalu berfikir positif terutama bahwa setiap orang ini merubah dirinya butuh waktu, paparnya.
Baru setelah itu, Iis mencontoh teknik bertanya dari bentuk pertanyaan-pertanyaan coaching. Pertanyaan-pertanyaan dasar itulah merupakan kunci keberhasilan seorang coach sehingga dengan pertanyaan itu, coachee mampu digali solusinya.
Sementara itu dalam sesi evaluasi, Asep Mulyana, guru MTsN 33 Jakarta yang ikut dalam pelatihan tersebut mengapresiasikan pelatihan yang diselenggarakan Maxima Indonesia, pelatihan ini penting baginya karena sebagai pembina Osis, dia dipercaya siswa untuk mendengar curhatan mereka ,sehingga ilmu yang diberikan pada pelatihan kali ini akan diterapkannya di sekolah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H