Mohon tunggu...
G Tersiandini
G Tersiandini Mohon Tunggu... Lainnya - Mantan guru di sekolah internasional

Mantan guru, penikmat kuliner dan senang bepergian.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Sehari Mengikuti Tur di Sekitar Chiang Rai, Thailand

21 Juli 2016   23:38 Diperbarui: 27 Juli 2016   08:40 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebetulnya kasihan juga melihat para perempuan Karen ini dijadikan objek turisme. Sepertinya pemerintah Thailand menggunakan keberadaan mereka untuk menarik wisatawan.

Perempuan Karen sedang menenun
Perempuan Karen sedang menenun
suku-karen-5790eb16f77a61a508d9e9fc.jpg
suku-karen-5790eb16f77a61a508d9e9fc.jpg
Rupanya tidak hanya suku Karen yang tinggal di kampung itu. Di situ ada juga suku Lahu yang berasal dari Lao. Mereka menggunakan anting besar sehingga membuat cuping telinga mereka menjadi besar. Mungkin mirip seperti beberapa suku Dayak di Kalimantan. Kaki dan tangan mereka tetap mengenakan gelang seperti suku 'long neck Karen'.
Suku Karen yang bertelinga lebar.
Suku Karen yang bertelinga lebar.
Setelah meluangkan waktu untuk bercakap-cakap dengan masyarakat Karen ini, kami kemudian melanjutkan perjalanan menuju sebuah perkebunan teh. Tidak spektakuler. Seperti yang sudah saya katakan di tulisan saya sebelumnya, pemandangan di puncak jauh lebih indah dan menarik. Namun, keunggulan tempat ini adalah bahwa mereka mengelolanya dengan baik dan tertata rapi serta bersih. Di tempat ini juga terdapat restoran dengan pemandangan kebun teh serta kami juga diberi kesempatan untuk mencicipi beberapa jenis teh yang mereka produksi.
kebun-teh-5790ed8a5dafbdfa06cf8326.jpg
kebun-teh-5790ed8a5dafbdfa06cf8326.jpg
Dari kebun teh kami meneruskan perjalanan ke 'Monkey Cave Temple' yang juga dikenal sebagai 'Wat Tham Pla'. Di tempat ini kita dapat melihat monyet-monyet berkeliaran. Mereka lebih tenang dan tidak seperti monyet-monyet di Bali yang jahil. Sebenarnya tempat ini tidak begitu menarik jadi menurut saya kalau dilewatkan pun tidak rugi.
Pohon kera
Pohon kera
Keranya gemuk-gemuk
Keranya gemuk-gemuk
Mengingat hari sudah siang dan perut sudah keroncongan, kami kemudian menuju restoran untuk makan siang. Makanan siang berupa buffet makanan Thai yang bervariasi dan rasanya enak. Sama sekali tidak mengecewakan.

Selesai makan, kami meneruskan perjalanan ke Mae Sai. Tempatnya tidak jauh dari restoran tempat kami makan. Kami turun dari kendaraan dekat bangunan biru yang merupakan gerbang perbatasan milik Thailand. Saat turun dari kendaraan bau sedap dari ayam yang sedang dipanggang membuat air liur ini menetes.

Kami lalu berjalan mendekati jembatan yang menghubungkan Thailand dan Myanmar. Di sepanjang jalan banyak pedagang yang menjual buah-buahan, baju, kacang-kacangan dan banyak lagi. Menurut pemandu kami, banyak orang-orang Thailand yang menyeberang ke Myanmar untuk berbelanja karena harganya murah, dan orang-orang Myanmar menyeberang ke Thailand untuk bekerja karena gajinya lebih tinggi dibanding di Myanmar. Di Mae Sai ini kami juga mampir ke salah satu toko yang menyajikan kopi yang katanya enak. Saya bukan penggemar kopi jadi saya hanya melihat-lihat di sekitar saja.

Jembatan yang menghubungkan Thailand dan Myanmar
Jembatan yang menghubungkan Thailand dan Myanmar
Group photo
Group photo
Setelah beberapa orang selesai menikmati kopi, kami melanjutkan perjalanan menuju Golden Triangle. Kami naik ke sebuah bukit dan di situ kami dapat melihat ketiga negara yang hanya dipisahkan oleh sungai. Pemandangannya menarik. Dari tempat kami berdiri, kami bisa melihat Myamar yang begitu dekat dan juga Laos yang sedang giat membangun. Kata pemandu kami, mereka sedang mambangun kasino.
Myanmar terlihat jelas dari Thailand dan Laos yang sedang membangun
Myanmar terlihat jelas dari Thailand dan Laos yang sedang membangun
Sumber foto: milik pribadi
Sumber foto: milik pribadi
Thailand, Myanmar, Laos
Thailand, Myanmar, Laos
Sumber foto: milik pribadi
Sumber foto: milik pribadi
Dari situ kami meneruskan perjalanan menuju Chiang Saen dan mengunjungi museum opium. Di museum ini kita dapat belajar tentang sejarah masuknya opium ke 'Golden Triangle'. Juga ditunjukkan foto-foto suku-suku pegunungan yang menghisap candu.

Kita juga dapat mengetahui bagaimana opium ini diproses. Contoh pohon opium juga dapat ditemui di museum ini. Ternyata bunga-bunga opium sangat indah dan berwarna-warn,i dan rupanya opium yang bagus adalah yang berasal dari bunga yang berwarna ungu tua. Menarik sekali!

Sumber foto: milik pribadi
Sumber foto: milik pribadi
pecandu berat
pecandu berat
Hari sudah semakin sore tetapi masih ada satu tempat lagi yang harus kami kunjungi. Kami menuju sebuah bukit dan di situ terdapat sebuah 'wat' bernama Wat Phra That Pha Ngao. Dari bukit ini kita dapat melihat pemandangan sungai Mekong serta ketiga negara yang bertetangga.
Wat Phra That Pha Ngao
Wat Phra That Pha Ngao
Peandangan sungai Mekong dari Wat Phra That Pha Ngao
Peandangan sungai Mekong dari Wat Phra That Pha Ngao
Perjalanan hari itu cukup panjang dan melelahkan, tetapi saya mendapat banyak informasi dan pelajaran baru tentang kawasan di sekitar Chiang Rai. Secara keseluruhan perjalanan tur ini sangat menyenangkan dan menambah pengetahuan.

Sumber foto: milik pribadi

Gmt 21072016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun