Mohon tunggu...
G Tersiandini
G Tersiandini Mohon Tunggu... Lainnya - Mantan guru di sekolah internasional

Mantan guru, penikmat kuliner dan senang bepergian.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pengalaman Mengunjungi Sebuah Desa di Kabupaten Subang

16 Juli 2014   23:16 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:08 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika sedang membangun rumah beberapa tahun yang lalu, tukang listrik yang memasang instalasi listrik di rumah penulis bercerita tentang daerah asalnya di Kabupaten Subang. Mendengar ceritanya, penulis tertarik untuk mengunjungi desa tempat tinggalnya tersebut.

Suatu pagi di hari Sabtu, bersama dengan seorang kakak dan teman, penulis memulai perjalanan dari Bandung menujukecamatan Jalancagak di kabupaten Subang. Karena masih pagi, jalan menuju Subang masih cukup sepi. Pemandangan yang disuguhkan di kiri dan kanan jalan sangat menakjubkan. Terlihat sawah ladang membentang dan juga terlihat gunung menjulang di kejauhan. Jalan menuju tempat tersebut pun cukup mulus.

Untuk mencari kecamatan Jalancagak tidaklah sulit. Namun untuk menemukan rumah Sam (instalatur listrik di rumah penulis), kami harus meneleponnya lebih dahulu agar tidak tersesat. Dengan dipandu melalui telepon genggamnya, akhirnya kami menemukan tempat yang dituju.

Begitu kami sampai, kami disambut dengan sangat baik oleh keluarganya. Makanan khas dari daerah tersebut sudah tersedia di meja. Kami diperkenalkan kepada orang tuanya, mertuanya dan bahkan tetangganya. Nampaknya, beginilah sambutan mereka ketika menerima tamu dari kota. Agak kikuk juga kami karena sebenarnya kami hanya ingin menengok Sam, kemudian berjalan-jalan menikmati keindahan alam di desanya.

Mertua Sam memaksa kami untuk mengunjungi rumahnya yang letaknya tidak begitu jauh dari rumah Sam. Kami ingin menolak, tetapi dia mengatakan bahwa dia sudah meminta tetangganya untuk menyiapkan makan siang bagi kami. Tentu saja kami tidak bisa menolak permintaan tersebut, namun kami minta izin untuk berjalan-jalan sejenak sebelum berkunjung ke rumahnya.

Kami pun berjalan kaki melihat-lihat kawasan sekitar. Rupanya di depan rumah Sam terdapat sebuah sungai. Menurut Sam, desanya merupakan pertemuan antara tiga sungai yaitu Cimalaya, Cipunegara dan Cipandeui. Sam juga mengatakan bahwa di desa tersebut terdapat sumber air panas. Maka pergilah kami ke sana. Letaknya tidak jauh dari rumah Sam dan berada di tengah sawah nan hijau dan di situ hanya ada sebuah kolam kecil untuk menampung air panas tersebut. Menurut Sam, orang-orang di desanya sering pergi ke situ untuk mandi.

Setelah membasuh tangan dan kaki di sumber air panas tersebut, kami pun berjalan-jalan di pematang sawah. Pemandangannya indah sekali. Sawah nan hijau terbentang luas dan suasananya juga sangat tenang. Beberapa petani terlihat sedang mengolah sawahnya. Kami menyempatkan diri untuk duduk di dangau sambil menikmati keindahan sawah tersebut. Di tepi sawah juga terdapat sebuah sungai. Terlihat beberapa anak kecil sedang bermain-main dan mandi di sungai. Mereka nampak sangat bahagia, tak terlihat sedikit pun rasa susah di wajah mereka. Kami pun turun ke sungai dan menyusuri tepian sungai. Kami, seperti juga anak-anak kecil yang sedang bermain di sungai tidak memedulikan gerimis yang turun saat itu.

Menjelang siang hari, Sam mengingatkan kami untuk mampir ke rumah mertuanya. Kami pun kemudian kembali menyusuri pematang sawah untuk menuju rumah mertua Sam. Ternyata rumah mertua Sam terletak tepat di tepi sungai Cipunegara. Setelah sampai di rumah mertua Sam, kami melihat kesibukan yang dilakukan oleh beberapa tetangganya yang sedang mempersiapkan makan siang untuk kami. Ada yang sibuk membakar ikan, ada yang menggoreng ikan, ada yang mempersiapkan sayurannya, dan banyak lagi.

Sementara mereka masih sibuk mempersiapkan makan siang , Sam mengambilkan buah kelapa dari pohon yang tumbuh di depan rumah mertuanya. Kami pun menikmati air kelapa dengan lahap karena haus. Setelah haus kami terpuaskan, kami minta izin untuk turun ke sungai dan bermain-main sebentar di sungai. Sambil tentu saja mendokumentasi keindahan sungai yang tidak bisa kita temukan di kota.

Cukup lama kami bermain-main di sungai, sampai Sam harus memanggil kami agar naik ke atas karena makan siang sudah siap. Kami pun naik ke atas dan membersihkan diri sebelum mulai menyantap hidangan yang disediakan tuan rumah.

Makanan yang tersedia sangat menggugah selera. Kami disuguhi ikan Kancra bakar dan goreng yang diambil langsung dari sungai. Juga terdapat lalap dan tentu saja sambal. Nikmat sekali. Apalagi makanan tersebut disajikan dengan ikhlas oleh pemilik rumah.

Setelah makan, pemilik rumah menemani kami bercakap-cakap tentang keadaan alam di desanya sambil membuat jala. Penulis tertarik untuk membuat jala tersebut. Tanpa perasaan sungkan, penulis minta agar diajarkan bagaimana caranya. Pemilik rumah pun dengan senang hati menunjukkan cara-caranya dan meminta penulis untuk mencobanya. Ternyata tidak semudah yang dibayangkan atau dilihat. Karena memang tidak terbiasa jadi semuanya terasa sulit. Setelah beberapa saat, penulis pun menyerah.

Cukup lama waktu yang kami habiskan di rumah mertua Sam. Hari pun sudah mulai sore, kami pun berpamitan. Kami dibawakan beberapa bungkusan berisi rengginang dan dodol oleh mertua Sam. Kami harus kembali dulu ke rumah Sam karena mobil yang kami kendarai, kami parkir di dekat rumah Sam. Sesampai di rumah Sam, ternyata masih banyak bungkusan berisi beberapa macam makanan, kelapa muda dan juga nanas Subang yang harus kami bawa pulang. Kami sudah menolak karena oleh-oleh dari mertuanya sudah cukup banyak, tetapi Sam dan istrinya memaksa agar kami membawanya pulang.

Setelah berpamitan dengan istri Sam, Sam dan orang tuanya, kami pun segera kembali ke Bandung karena hari sudah sore dan kami tidak ingin kemalaman sampai di Bandung.

Betapa kebaikan yang diberikan oleh Sam dan keluarganya sangat membekas di hati kami. Semoga kebaikan dan ketulusan tersebut tidak hanya ditujukan pada kami, tetapi juga kepada orang-orang lain yang tidak berasal dari kota seperti kami.

sumber gambar: foto-foto pribadi

14055006772030192207
14055006772030192207
14055009631064710235
14055009631064710235
14055011181402560792
14055011181402560792
1405501253632316602
1405501253632316602
14055014171195886626
14055014171195886626
14055018191573313563
14055018191573313563

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun