Pada tahun 2009 saat mendapat kompensasi pergantian tiket karena harus menunggu selama lima jam di LLCC ketika pesawat Air Asia dari KL-Jakarta mengalami penundaan, penulis dan kakak penulis memutuskan untuk menggunakan pergantian tiket tersebut untuk pergi ke Yogyakarta.
Sebelum berangkat, kami sempat membaca di harian Kompas tentang air terjun Sri Gethuk yang berada di Kecamatan Playen di Gunung Kidul. Ketika kami tanyakan kepada teman yang akan menjemput, mereka belum pernah mendengar tentang air terjun itu, padahal mereka mengaku sering membawa tamu pergi mengunjungi tempat-tempat wisata di sekitar Yogyakarta. Mereka pun menjadi penasaran dan ingin tahu di mana lokasi air terjun Sri Gethuk. Dengan berbekal informasi dari Kompas, kami pun mengarahkan mobil dari bandara Adisucipto menuju Gunung Kidul.
Sesampai di daerah Gunung Kidul, kami harus bertanya ke sana ke mari dan nampaknya mereka pun belum pernah mendengar tentang air terjun ini. Kami bahkan sampai pergi ke kantor kecamatan untuk bertanya tentang lokasi Sri Gethuk.
Untungnya salah seorang pegawai kecamatan ini tahu tentang air terjun yang kami maksud. Nampaknya mereka mengenalnya dengan sebutan lain. Dengan dipandu oleh pegawai kecamatan itu, kami pun dibawa menuju air terjun yang kami maksud. Jalan yang kami lalui pada saat itu masih berbatu-batu dan sedang terjadi proses pengerasan jalan. Di kanan kiri berjejer rumah-rumah penduduk yang di pekarangannya banyak ditumbuhi pohon mangga yang sedang berbuah. Di mana-mana nampak pohon mangga dengan buahnya yang lebat. Sebagai penggemar mangga, ingin sekali penulis membeli mangga-mangga tersebut dari penduduk setempat; namun niat tersebut harus penulis urungkan karena kami harus menemukan air terjun Sri Gethuk lebih dulu.
Di sebuah pertigaan, kami dibawa menuju jalan yang menurun. Jalan tersebut pun masih jalan tanah dan kerikil dan sebagian dari jalan yang kami lalui sedang dalam proses pengerasan juga. Kami mengikuti terus ke mana perginya pegawai kecamatan yang menjadi penunjuk jalan. Dari kejauhan kami melihat dia memarkir motornya di bawah sebuah pohon rindang. Penulis pikir, kami sudah sampai ke lokasi yang dimaksud; ternyata dia membawa kami untuk melihat sebuah gua yang benama gua Rancang Kencono. Kami pun turun dari mobil dan masuk ke mulut gua. Mulut gua tersebut cukup besar, dan di situ terdapat stalagtit yang cukup besar. Di gua tersebut juga terdapat celah yang cukup sempit dan gelap. Ketika penulis bertanya apakah orang dapat melali celah tersebut, dia hanya tertawa dan mengatakan bahwa celah itu terlalu sempit.
[caption id="attachment_348825" align="aligncenter" width="354" caption="Stalagtit gua Rancang Kencono"][/caption]
Dari gua tersebut, kami pun meneruskan perjalanan menuju air terjun Sri Gethuk. Pemandangannya cukup menarik. Di kawasan yang dikenal oleh orang awam sebagai daerah kering, ternyata terdapat sawah nan hijau di mana-mana. Akhirnya pegawai kecamatan tersebut berhenti di tepi sawah. Rupanya kami harus memarkir kendaraan di tepi jalan yang sempit dan kami harus berjalan menyusuri pematang sawah untuk sampai ke air terjun yang dimaksud.
[caption id="attachment_348826" align="aligncenter" width="354" caption="Petak-petak sawah nan hijau"]
Senang sekali rasanya berjalan di pematang sawah. Terlihat beberapa petani sedang menggarap sawah mereka. Selain sawah di situ juga tumbuh banyak pohon kelapa. Kami kemudian harus menuruni tangga yang cukup banyak untuk dapat mencapai air terjun Sri Gethuk. Akhirnya sampai lah kami ke air terjun yang kami maksud. Suasananya amat sepi dan tenang karena memang hanya kami lah pengunjung air terjun itu pada pagi itu. Kami pun menapaki bebatuan besar yang ada di sana. Kelihatannya seperti jenis batuan kapur, tapi penulis juga tidak tahu persis apa jenis bebatuannya.
[caption id="attachment_348827" align="aligncenter" width="354" caption="Pematang sawah yang harus dilalui"]
[caption id="attachment_348828" align="aligncenter" width="295" caption="Air terjun Sri Gethuk"]
[caption id="attachment_348829" align="aligncenter" width="295" caption="Aliran air dari air terjun menuju sungai"]
Di bawah air terjun, mengalir sungai yang tenang airnya dan berwarna hijau. Suasana yang disuguhkan benar-benar magis. Penulis tidak henti-hentinya mengagumi keindahan alam yang disodorkan kawasan tersebut. Indah sekali.
[caption id="attachment_348830" align="aligncenter" width="413" caption="Kali Oyo"]
Cukup lama kami duduk-duduk di bebatuan sambil mendokumentasikan keindahan alam ini. Tempat ini masih asri ketika kami berkunjung, entahlah sekarang setelah dijadikan sebagai salah satu obyek wisata dan banyak dikunjungi oleh wisatawan.
[caption id="attachment_348831" align="aligncenter" width="300" caption="Bebatuan di Sri Gethuk"]
Puas menikmati keindahan Sri Gethuk, kami memutuskan untuk kembali ke mobil dengan menyusuri pematang sawah kembali. Karena merasa haus, kami berhenti sejenak ketika melihat seorang penduduk yang sedang memanjat pohon kelapa. Kami pun membeli beberapa buah kelapa darinya dan menikmati air kelapa di tepi jalan untuk mengobati rasa dahaga. Ah, nikmat sekali rasanya. Setelah hilang dahaga kami, kami pun menuju hotel kami di Yogyakarta untuk beristirahat.
[caption id="attachment_348833" align="aligncenter" width="300" caption="Kelapa Muda"]
sumber foto: pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H