Mohon tunggu...
G Tersiandini
G Tersiandini Mohon Tunggu... Lainnya - Mantan guru di sekolah internasional

Mantan guru, penikmat kuliner dan senang bepergian.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mengunjungi Candi Sukuh dan Candi Cetho di kaki Gunung Lawu

20 Oktober 2014   17:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:23 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kota batik, itu yang biasanya terbesit di benak penulis saat mendengar kata Solo. Pada suatu liburan akhir pekan, bersama seorang kakak, penulis berkunjung ke Solo. Bukan untuk mencari batik, namun kami ingin berkunjung ke Candi Sukuh dan Cetho.

Sebelumnya penulis belum pernah mendengar tentang kedua candi yang terletak di kaki gunung Lawu, tetapi saat akan berkunjung ke Solo, penulis berusaha untuk mencari tahu tentang tempat-tempat yang dekat dengan kota Solo yang menarik untuk dikunjungi. Setelah menemukan beberapa tempat di sekitar Solo, pilihan akhirnya jatuh pada candi Sukuh dan Cetho.

Dengan menyewa mobil, pada hari minggu pagi, kami berangkat menuju Karanganyar. Karena masih pagi, tentu saja jalanan yang kami lalui masih sepi. Sesampai di Karanganyar, mobil yang kami kendarai mulai mendaki. Pemandangan di kiri kanan jalan saat itu terlihat agak gersang.Setelah melalui jalan berliku, akhirnya sampailah kami di Dusun Sukuh, desa Berjo, Karanganyar.

Kami pun turun dari mobil. Saat turun dari mobil, kami mencium bau sate. Aduh sedap sekali baunya dan ternyata di tempat itu terkenal dengan sate kelincinya. Setelah membeli karcis, kami pun memasuki kawasan candi tersebut. Saat memasuki kawasan candi, kami melihat sekelompok orang sedang duduk di atas tikar di rerumputan sambil menikmati sate kelinci. Tidak banyak pengunjung yang datang pada pagi itu sehingga suasana di kawasan candi Sukuh sangat sepi dan tenang.

Di kawasan candi tersebut berdiri sebuah bangunan berbentuk piramida dengan batu-batu yang tertata rapi. Mirip sekali dengan bangunan suku Maya. Di candi tersebut terdapat tangga sempit yang dapat membawa kita ke pelataran candi yang paling tinggi. Di situ penulis melihat banyak sesaji yang diletakkan di lantai pelataran.

1413774312875035960
1413774312875035960


Di depan candi yang mirip bangunan suku Maya tersebut banyak berdiri patung-patung yang menggambarkan lingga dan yoni. Relief-relief yang berjejer di bagian tepi pun sangat rinci. Di hadapan patung-patung membentang hamparan rumput hijau dan bila kita berjalan turun akan terlihat sebuah bangunan bentuknya lebih kecil, lebih mirip pintu gerbang.

14137744751795114341
14137744751795114341

14137746491902390003
14137746491902390003



14137748852138472421
14137748852138472421

14137749621975320375
14137749621975320375

[caption id="attachment_367692" align="aligncenter" width="300" caption="Pemandangan dari Puncak Candi"]

1413775126438366199
1413775126438366199
[/caption]

Puas menikmati keindahan candi dan suasana di sekelilingnya, kami pun memutuskan untuk meneruskan perjalanan ke candi Cetho. Saat meninggalkan kawasan candi Cetho, langit yang tadinya cerah mulai berubah menjadi mendung dan berkabut. Hujan rintik-rintik pun mulai turun. Ketika sampai di candi Cetho, gerimis sudah berhenti, namun kabut masih menutupi kawasan candi Cetho.

Setelah membeli karcis, kami pun mulai memasuki area candi Cetho yang berada di lereng Gunung Lawu, tepatnya di desa Gumeng. Dari area parkir saat kami berjalan menuju kawasan candi, kami melihat dua gapura, yang bentuknya mirip dengan gapura-gapura yang ada di Bali, berdiri menjulang tinggi. Kemudian kami juga dapat melihat tangga yang akan membawa kami ke suatu ketinggian.

[caption id="attachment_367694" align="aligncenter" width="300" caption="Gapura Candi Cetho"]

1413775180300760128
1413775180300760128
[/caption]

Kami mulai menapaki tangga satu per satu dan sampailah kami di suatu area dimana terdapat batu besar yang ditata di tanah berbentuk kura-kura dan yoni. Kami terus menapaki anak tangga satu per satu. Kami kemudian mengambil jalan ke kiri melewati beberapa rumah penduduk menuju Puri Taman Saraswati. Jalan menuju taman tersebut sangat sejuk karena kami harus melalui hutan yang masih cukup lebat. Di taman itu terdapat patung Dewi Saraswati dan di sampingnya terdapat tempat untuk menyucikan diri. Kami melihat beberapa pengunjung sedang memanjatkan doa. Bau sesaji sangat kental di udara.

14137752542100321182
14137752542100321182

14137753052078582454
14137753052078582454


Dari sana kami kembali ke jalan utama kemudian melewati beberapa rumah penduduk, kembali ke kawasan candi utama. Kami kembali menapaki anak-anak tangga yang ada di sana. Akhirnya sampailah kami ke puncak tangga. Di bagian atas kompleks candi tersebut terdapat sebuah bangunan yang berbentuk trapesium. Dindingnya terbuat dari batu yang tersusun rapi. Namun saat itu ada bagian dinding yang seperti rusak (jebol). Dari bagian atas ini kita bisa menyaksikan bangunan-bangunan lain yang ada di kawasan candi Cetho.

1413775380975697002
1413775380975697002


1413775464777095023
1413775464777095023

14137755221883629200
14137755221883629200


Setelah puas menikmati keindahan candi Cetho, kami pun memutuskan untuk kembali ke areal parkir karena kabut yang turun semakin tebal. Sebelum sampai ke kawasan parkir, hujan pun turun dengan sangat deras. Kami pun berlari-lari menuju areal parkir dan naik ke mobil. Kami urungkan niat untuk pergi ke air terjun tidak jauh dari tempat tersebut karena hujan turun semakin deras dan kami pun memutuskan untuk kembali ke kota Solo dan menghabiskan sisa hari itu di Solo.

sumber gambar: milik pribadi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun