Beberapa tahun yang lalu, saat liburan sekolah di bulan Juni-Juli, penulis gunakan untuk mengunjungi Ho Chi Minh City dan beberapa tempat lain di Vietnam Selatan. Bersama dengan seorang kakak dan keponakan, penulis berangkat dengan mengambil penerbangan malam hari.Saat kami tiba di bandara, kami sudah ditunggu oleh taksi dari hotel yang sudah kami pesan dari Indonesia.
Sekitar pukul 9 malam kami tiba di hotel Viet Nghi, sebuah hotel kecil di kawasan Bui Vien, Pham Ngu Lao.Hotelnya sederhana namun kamar mandinya bersih dan wi fi-nya sangat cepat (tidak lelet seperti di Indonesia). Setelah membersihkan diri, kami pun segera tidur.
Pada pagi harinya, karena hotel tidak menyediakan sarapan, kami berjalan-jalan di sekitar Bui Vien untuk mencari makanan. Beberapa restoran sudah buka dan banyak juga penjaja makanan lokal yang sudah berjualan. Penduduk lokal banyak yang duduk di kursi-kursi pendek menghadap ke jalan sambil menikmati kopi dan sarapan mereka. Hmmmm pemandangan yang unik. Biasanya kalau di Indonesia, ketika makan di tepi jalan orang akan membelakangi jalan, namun di Vietnam, orang justru menghadap ke jalan. Kami menemukan sebuah warung Pho dan memesan pho untuk sarapan kami. Lumayan lah rasanya.
Selesai sarapan kami kembali ke hotel untuk mencari informasi tentang tempat-tempat yang menarik di HCMC dari resepsionis hotel yang bernama Miss Tham yang sangat ramah dan membantu. Dia menyarankan kami untuk mengunjungi beberapa tempat di HCMC. Melalui dia kami juga memesan “tour” ke Delta Mekong untuk keesokan harinya.
Kami naik taksi ke Independence Palace, namun saat kami tiba di sana tempat itu masih tutup karena pas istirahat siang. Kami pun kemudian berjalan-jalan di taman yang ada di seberangnya sambil menunggu tempat tersebut dibuka lagi. Taman yang ada di tengah kota itu cukup besar, sangat bersih dan banyak digunakan oleh warganya untuk sekedar duduk-duduk. Pohon-pohonnya tinggi jadi nyaman sekali duduk-duduk di taman itu. Hmmm seandainya di seluruh kota di Indonesia terdapat taman seperti ini pasti sangat menyenangkan.
[caption id="attachment_390078" align="aligncenter" width="300" caption="Taman kota"][/caption]
Tentu saja kami tidak mau hanya menghabiskan waktu duduk-duduk di taman, kami lalu berjalan tanpa tujuan yang jelas. Saat itu kami menemukan sebuah restoran yang menyajikan “spring roll”, kami langsung menuju restoran tersebut karena keponakan penulis sangat menggemari “spring roll”. Setelah kenyang mencoba “spring roll”, kami melanjutkan perjalanan. Ternyata kami sampai di Saigon Notre Dame Basillica. Pada saat itu di depan Basillica sedang ada sesi pemotretan “pre wed”. Setelah mereka selesai, kami pun berjalan mendekati Basillica yang rupanya juga sedang tutup. Kami sempatkan untuk mengambil beberapa gambar di depan Basillica.
[caption id="attachment_390080" align="aligncenter" width="300" caption="Notre Dame"]
[caption id="attachment_390082" align="aligncenter" width="300" caption="Notre Dame Basillica"]
Tidak jauh dari situ terdapat sebuah bagunan kuno yang ternyata merupakan Saigon Central Post Office. Kami kemudian memasuki bangunan tersebut. Bersih dan masih terjaga bangunannya. Kami memandangi bangunan tersebut dengan kagum, sambil menyayangkan betapa banyakya bangunan kuno di Indonesia yang dibiarkan rusak dan terlantar bahkan dihancurkan dan digantikan dengan bangunan baru yang menurut penulis justru malah kelihatan jelek.
[caption id="attachment_390084" align="aligncenter" width="300" caption="Kantor Pos"]
[caption id="attachment_390085" align="aligncenter" width="300" caption="Bagian dalam kantor pos"]
Di kantor pos terlihat banyak wisatawan yang duduk-duduk di bangku-bangku yang disediakan. Penduduk lokal pun banyak yang ke sana untuk mengirim surat atau paket. Di kantor pos tersebut juga terdapat beberapa penjual cendera mata khas Vietnam. Pengunjung bisa juga membeli cendera mata di kantor pos itu.
[caption id="attachment_390088" align="aligncenter" width="300" caption="Toko cendera mata di dalam kantor pos"]
Setelah keluar dari kantor pos, kami kemudian kembali menuju ke Basillika. Namun karena saat itu panas, kami kemudian duduk-duduk di samping basillika di bawah pohon yang rindang. Saat sedang duduk-duduk, seorang tukang cyclo mendekati kami. Dari Jakarta kami sudah menetapkan hati untuk tidak naik cyclo karena berdasarkan informasi di internet, tidak jarang para penumpang ditipu oleh tukang cyclo ini. Awalnya kami menolak tawarannya, namun akhirnya kami setuju untuk mengendarai cyclo tersebut karena harga yang ditawarkannya sangat murah 150,000 dong untuk dua cyclo selama satu jam. Kami hanya setuju untuk menyewa cyclo selama sejam saja. Tukang cyclo kemudian memanggilkan temannya. Kami dibawa melihat “city hall”, kemudian ke “Saigon River” lalu ke sebuah kuil Buddha. Kami menikmati pemandangan kota saat menaiki cyclo. Pohon rindang tumbuh di sepanjang jalan dan masih banyak bangunan kuno yang terawat dengan baik berdiri dengan gagah.
[caption id="attachment_390095" align="aligncenter" width="300" caption="Basillica dilihat dari belakang"]
[caption id="attachment_390096" align="aligncenter" width="300" caption="Negosiasi dengan tukang cyclo"]
[caption id="attachment_390091" align="aligncenter" width="300" caption="Gedung tua yang terawat"]
[caption id="attachment_390092" align="aligncenter" width="300" caption="Pepohonan di tepi jalan"]
Ketika kami sampai di kuil Buddha, tukang cyclo mengantar kami ke dalam. Di situ dia mengambil hio dan berdoa. Kami diminta untuk melakukan hal yang sama. Ya kami ikuti saja toh tidak ada bahayanya. Setelah itu dia membawa kami ke sebuah patung kuda. Dia mengusap-usap patung itu sambil komat-kamit dan kami diminta untuk melakukan hal yang sama juga. Keponakan penulis merasa aneh saat diminta untuk melakukan hal tersebut, namun demi menghormati dan tidak mau menyinggung, dia melakukannya juga sambil menahan senyum.
[caption id="attachment_390097" align="aligncenter" width="300" caption="Kuil Buddha"]
Ketika keluar dari kuil Buddha, waktu yang kami habiskan sudah hampir satu jam. Kami pun segera minta diantarkan kembali ke Basillika. Namun, tukang cyclo tersebut justru membawa kami melewati pasar dan menawarkan apakah kami mau membeli kopi. Kebetulan seorang teman kakak penulis memesan kopi dari Vietnam. Dia pun mau ketika ditawari untuk membeli kopi. Setelah membeli kopi kami memaksa untuk diantarkan kembali ke Basillika. Wah, tukang cyclo ini mengendarai cyclo-nya dengan cepat dan kami sempat ketakutan saat dia berbelok dan di depan kami ada kendaraan lain. Alamak!
Akhirnya sampailah kami di seberang Independence Palace dan kami diturunkan di situ. Saat akan membayar, mereka minta kami membayar 600.000 dong karena ternyata 150.000 dong itu untuk satu cyclo. Setelah berargumentasi, penulis memberikan dia uang 400.000 dong dan pergi meninggalkannya. Sialan, kami ternyata menjadi korban penipuan juga. Karena kesal dan dong kami semakin menipis, kami memutuskan untuk kembali ke hotel dan tidak jadi mengunjungi Independence Palace. Setelah membersihkan diri dan beristirahat sejenak, kami kemudian pergi lagi untuk makan malam. Namun, sebelum makan malam, kami penasaran ingin melihat Ben Tanh Market karena begitu terkenalnya. Jalanan menuju ke sana cukup padat dan ramai oleh manusia, sulit untuk menyeberang jalan. Akhirnya kami sampai di pasar itu. Ah, tidak menarik sama sekali bagi penulis. Tidak ada yang istimewa.
Dari Ben Thanh kami berjalan memutar untuk mencari makanan. Akhirnya kami pergi ke restoran lokal dan memesan beberapa makanan khas termasuk lumpia basah dan goreng. Enak makanan yang ada di restoran itu.
Setelah makan kami pun berjalan kembali ke hotel. Sebelum sampai ke hotel kami berhenti di sebuah toko cendera mata dan membeli beberapa kaus Vietnam serta cendera mata lainnya. Pejualnya sangat lucu dan ramah. Kami pun sempat bercakap-cakap dengan ibu penjual tersebut dan tertawa-tawa saat menawar. Mungkin karena kami banyak bercanda saat menawar, akhirnya kami mendapatkan harga yang cukup murah darinya.
Mengingat hari sudah malam dan kami harus bangun pagi keesokan harinya karena akan ikut wisata ke Delta Mekong, kami segera kembali ke hotel untuk beristirahat. Hari itu walaupun sempat tertipu, namun kami sangat menikmati pengalaman yang kami dapatkan dan malah menertawakan kebodohan kami.
gmt11012015
sumber foto: milik pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H