Namun, ketika penyebaran mulai meluas, kekhawatiranpun meningkat, apalagi saat Presiden Jokowi mengumumkan kasus positif yang menimpa warga Depok, Jawa Barat, seorang ibu (64) dan putrinya (31) pada  2 Maret 2020. Masyarakat seketika sadar, virus akhirnya sampai di Indonesia. Beberapa pasar swalayan besar lantas diserbu oleh masyarakat yang berbelanja untuk berjaga-jaga. Masker dan hand sanitizer pun menjadi barang langka.
Sejak itu masyarakat mulai membentengi diri dengan berbagai cara. Media meluaskan topik dengan menggelontor tips peningkatan daya tahan serta cara menghindari serangan virus yang belum ditemukan obatnya ini.
Toh, kemudian terbukti, virus menyerang siapa saja dan jumlah penderita melonjak pesat. Penyebarannya juga main luas tidak hanya di Jawa. Para ahli epidemologi mulai memperingatkan, bila, masyarakat tidak memutus mata rantai penularan, pasien tidak bakal tertampung oleh  fasilitas Kesehatan yang ada. Â
Media lalu lalu mengutip saran para ahli agar masyarakat melakukan jaga jarak (physical distancing) dalam interaksi sehari-hari. Ketidaksiapan rumah sakit, kekurangan alat pelidung diri (APD) juga didengungkan. Work From Home atau bekerja dari rumah menjadi jargon baru, termasuk di dalamnya beribadat di rumah.
Sempat muncul harapan,  pengobatan Chloroquine dan Avigan sebagai  obat uji coba pasien Covid. Bahkan Presiden sendiri mengatakan dalam sebuah konperensi pers telah ditemukan obat baru. Tapi kemudian tenggelam atas kenyataan, memang belum ada obat spesifik melawan Covid-19.
Adalah lumrah, bila penyakit berbahaya yang belum ada obatnya, membuat orang mencoba beragam cara  yang sekiranya bisa meredam penyakit tersebut.Â
Sekecil apapun kemungkinan itu. Apalagi bila yang melontarkan para peneliti. Seperti dikatakan Guru Besar Universitas Airlangga dan Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi Vaksin, Chairul Anwar Nidom yang mengatakan virus corona dapat ditanggulangi dengan herbal yang mengandung curcumin.Â
Zat yang terkandung dalam jahe, temulawak, kunyit, dan sereh. Dalam sekejap empon-empon pun dicari orang. Harga jahe naik hingga empat kali lipat. Sementara para peneliti dari IPB University dan Universitas Indonesia juga tengah mengembangkan senyawa dari jambu biji, kulit jeruk, dan daun kelor, sebagai antivirus Covid-19. Â
Dihujani berita Corona setiap saat lewat berbagai platform media, membuat pembaca jenuh dan  lelah oleh berita keras. Menimbulkan kecemasan yang bisa  mempengaruhi ketahanan tubuh.
Beberapa media pun lantas berpaling dari mengabarkan Corona dengan lebih lunak, lewat gaya penceriteraan. Berbicara dari sisi  kemanusiaan untuk  merebut empati. Mereka yang berada di barisan terdepan melawan Corona mulai diberitakan. Pasien, dokter, perawat,  relawan, petugas rumah sakit, sopir ambulans, hingga petugas penguburan.