Mohon tunggu...
Gabriel Sujayanto
Gabriel Sujayanto Mohon Tunggu... Penulis - penulis

blogger penulisan efektif (djantobronto.wordpress.com), editor, freelancer, penyuka fotografi.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Pada Mereka Saya Belajar Menulis

15 April 2020   11:07 Diperbarui: 15 April 2020   19:40 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keterampilan menulis kata banyak orang seperti orang naik sepeda. Makin sering dilatih, makin terampillah kita menaikinya. Itulah sebabnya, saya berusaha untuk tetap menulis mengasah kemampuan itu. 

Atas kebisaan menulis ini, saya harus berterimakasih kepada Majalah Intisari dan para wartawan senior yang mengajari saya. Beberapa yang saya sebut di sini antara lain adalah Slamet Soeseno.

Duduk tepat di sebelah saya, Pak Slamet, yang selalu berpakaian rapi ini menjadi tempat bertanya. Ia dengan senang hati menjawab banyak keingintahuan saya, soal kiat-kita menulis. "Jika sudah selesai menulis, diamkan  semalam, besok dilihat lagi, pasti ada kekurangannya," nasehatnya suatu ketika.

Dari obrolan itu, saya tahu, ia mengedit tulisan hingga delapan kali sebelum terbit. Tulisan mentah, ia tenteng ke mana-mana untuk diedit sambil menunggu apa saja, periksa dokter gigi, mengantar anak ke stasiun, dsb. Draf tulisannya, saya lihat penuh coretan berjumpalitan dan koreksi di sana-sini.   

Ia tekun mengecek istilah hingga ke sumber asli. Alhasil, tulisannya menjadi sumber referensi bagi banyak orang. Meski pendiam, tulisan-tulisannya dikenal renyah dan kocak. Artikel flora-fauna disampaikan dengan gaya personifikasi yang menghibur. "Skandal Seks Kaum Keledai", adalah salah satu judul tulisannya.

Saya juga tak melupakan mas HK, spesialis tulisan profil. Liputannya mendalam. Ia betah berlama-lama mengorek informasi pada nara sumber. Untuk mewawancarai seorang dalang, ia rela melihat pentas wayang semalam suntuk.

Saat mengedit tulisan, saya kerap melihat tangannya memijit-mijit dahinya. Tanda, ia berpikir keras memilih dan memilah kata yang pas.

Pernah ia mengembalikan tulisan liputan saya soal Desa Tukang Cukur di Garut hingga tiga kali. "Maaf Yan, saya orangnya perfek," katanya. Ia lantas memberikan tips, bagaimana tulisan saya mesti diperbaiki. Menurutnya, tulisan yang bagus, sepanjang apapun, pada akhirnya harus bisa disampaikan dalam satu kalimat.

Dalam hal tulisan lugas, saya mesti berguru pada SL. Kalimatnya kerap agak berpanjang, tetapi seperti bersajak. Ia adalah pembuat tagline Intisari dengan Tajam, Beragam, dan Enak Digenggam. Dan ketika Paus Yohanes Paulus II meninggal, kami, Intisari membuat buku, dan ia memberi judul dari Wadowich ke Worldwide.

Bersamanya, saya kerap liputan bareng berminggu-minggu di lapangan. Kami pernah mengunjungi wilayah paling padat di dunia. Pulau Bungin di NTB. Dalam rangkaian kunjungan itu, kami juga meliput khasiat Susu Kuda Liar yang kemudian menjadi big news.  

Dalam perjalanan sebagai wartawan, liputan itu paling menantang dan serius. Info awalnya, adalah adanya orang di Kawasan Tomang, Jakarta yang sembuh dari kanker setelah mengonsumsi susu kuda liar dari NTB. Kami pun lantas menelusuri kebenaran cerita itu dengan menghubungi berbagai pihak. Balai Penelitian Ternak di Bogor, dokter di RSCM UI, Puskesmas di NTB, hingga peternak kuda liar di NTB. Laporan panjang penelusuran itu dimuat di Intisari Juli 1991.

SL adalah teman yang menyenangkan di lapangan. Pertanyaannya mengorek tajam. Ia juga pencerita yang baik. Ketika, menjalani gurah otak dengan dr. Terawan (kini Menkes), ia menuliskan pengalaman yang mendebarkan itu di Intisari, seperti sebuah cerita pada layar kaca.

Pada akhirnya saya harus menyebut mas BD, Rudy Badil, wartawan Kompas, yang pernah ditugaskan di Intisari. Tulisan tentang lingkungan saya kagumi sejak saya mahasiswa. Nyaris tak pernah saya lihat, ia  mencatat. Toh, tulisannya memikat penuh detail.

Ia cakap memainkan kata dan tak segan menabrak pakem bahasa. Sebuah pameran lukisan kaca di Bentara Budaya Jakarta, ia beri judul Pameran Kaca-Kaca Berlukisan. Tulisan feature tentang penerbangan perintis di Irian Jaya (kini Papua), ia beri judul God is My Pilot.

Begitulah, saya bersyukur bisa menimba ilmu dari mereka. Para wartawan dan penulis yang mendedikasikan diri pada pemberian informasi utuh dan menghibur. Tidak asal cepat, apalagi hoax.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun