Tepat pada hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 2024, Candi Borobudur menjadi saksi momentum sakral yang menyejukkan hati. Sebanyak 40 bhikku dari Thailand, Malaysia, Singapura dan Indonesia telah tiba, bersiap menyambut Hari Waisak Nasional, kamis 23 Mei 2024 / 2568 B.E. Mereka datang dengan satu tujuan: melaksanakan tradisi thudong, praktik spiritual yang sangat penting bagi kaum Buddhis.
Candi Borobudur, sebagai simbol keagungan Buddha sekaligus kebesaran kebudayaan Jawa, menjadi lokasi yang tepat untuk memperingati Waisak. Kehadiran para bikhu thudong menegaskan bahwa tradisi ini tidak hanya milik satu komunitas, tetapi telah menjadi bagian dari warisan budaya spiritual Asia Tenggara yang saling terhubung dan interdependen. Mereka dipersatukan oleh keyakinan dan praktik spiritual yang sama.
Tradisi thudong merupakan perjalanan yang dilakukan oleh para bikhu menjelang perayaan puncak Tri Suci Waisak. Bagi mereka, thudong bukan sekedar berjalan kaki dalam jarak yang jauh, melainkan sebuah ritual suci sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas spiritual. Selama perjalanan, para bikhu hanya membawa barang-barang ala kadarnya demi melepaskan diri dari belenggu duniawi.
Perayaan Waisak sendiri memiliki makna yang sangat penting bagi komunitas Buddhis di seluruh dunia. Beberapa aspek penting dari perayaan Waisak:
- Kelahiran, Pencerahan dan Parinirvana Buddha.
Waisak menandai tiga peristiwa penting dalam kehidupan Buddha Gautama - kelahirannya, pencerahan yang ia capai dan akhirnya parinirvana atau kematiannya. Bagi umat Buddha, momen-momen kunci ini menjadi sumber inspirasi dan refleksi untuk menjalankan ajaran Buddha dalam kehidupan sehari-hari. - Penghayatan Ajaran Buddha.
Perayaan Waisak memberikan kesempatan bagi umat Buddha untuk memperdalam pemahaman dan penghayatan terhadap ajaran-ajaran Empat Kebenaran Mulia, Jalan Tengah dan Eightfold Path. - Pembaharuan Komitmen Spiritual.
Waisak menjadi momen bagi umat Buddha untuk memperbarui komitmen spiritual. Dengan melakukan praktik-praktik meditasi, berdana dan mengikuti retret, mereka meneguhkan kembali tekad untuk menjalani hidup yang selaras dengan ajaran Buddha. - Memperkuat Solidaritas Komunal.
Perayaan Waisak juga menjadi sarana penting bagi komunitas Buddha untuk saling bersua, berbagi dan memperkuat solidaritas. Acara-acara komunal, seperti prosesi, pemberian dana dan pemanjatan doa bersama, menjadi langkah konkret dalam membangun rasa persaudaraan dan kebersamaan. - Refleksi atas Kehidupan.
Momentum Waisak mendorong umat Buddha untuk melakukan refleksi mendalam atas kehidupan. Mereka terkondisikan untuk mengevaluasi, menyadari kesalahan masa lalu dan memperbarui tekad untuk hidup lebih baik sesuai ajaran Buddha di masa mendatang. - Dengan makna-makna penting ini, Waisak menjadi perayaan yang sangat bermakna bagi komunitas Buddha di seluruh dunia. Perayaan ini tidak hanya terkait dengan sejarah Buddha, tetapi juga menjadi sarana untuk memperbarui komitmen spiritual dan memperkuat kebersamaan komunal. Inilah misi para bhikku dalam meniti perjalanan dalam thudong. Dalam perjalanan tersebut, mereka:
- Berbagi Pengalaman Spiritual.
Selama perjalanan thudong, para bikhu berbagi pengalaman spiritual satu sama lain. Mereka bertukar cerita, wawasan dan praktik-praktik yang telah mereka jalani. Hal ini membantu mempererat ikatan batin dan memperdalam pemahaman bersama tentang ajaran Buddha. - Menjalin Interaksi yang Mendalam.
Thudong menyediakan ruang bagi para bhikku untuk menghabiskan waktu bersama-sama, berbaur dan saling mendukung satu sama lain. - Menumbuhkan Rasa Kebersamaan.
Dalam perjalanan thudong, para bikhu saling bergantung dan bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan dasar. Mereka berbagi makanan, tempat tinggal dan fasilitas. Hal ini demi menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling membutuhkan. - Menghadapi Tantangan Bersama.
Perjalanan thudong terkadang melibatkan tantangan fisik dan spiritual yang harus dihadapi bersama-sama. Hal ini mengikat para bikhu dalam solidaritas tinggi. - Meneguhkan Identitas Komunal.
Melalui thudong, para bikhu meneguhkan kembali identitas mereka sebagai anggota komunitas Buddhis yang saling terhubung. Praktik spiritual yang sama dan tujuan yang sama memperkuat rasa memiliki bersama dalam identitas kolektif.
Dengan demikian, perjalanan thudong memberikan banyak manfaat kecerdasan spiritual bagi siapa saja yang meneladaninya, yakni:
- Peningkatan Praktik Meditasi.
Selama thudong, para bikhu memiliki banyak waktu untuk berfokus pada praktik meditasi yang mendalam, jauh dari gangguan kehidupan sehari-hari, sehingga mampu mencapai tingkat ketenangan batin dan wawasan spiritual lebih tinggi. - Peningkatan Ketangguhan.
Menghadapi tantangan fisik dan alam selama perjalanan thudong, sangat membantu para bikhu mengembangkan ketangguhan mental dan spiritual. Mereka belajar menghadapi kesulitan dengan ketenangan dan kebijaksanaan. - Refleksi Diri yang Mendalam.
Keheningan selama thudong memberikan kesempatan bagi para bikhu untuk melakukan refleksi diri secara lebih mendalam. Mereka dapat memperbarui tekad untuk mencapai pencerahan. - Pendalaman Pemahaman Dhamma.
Interaksi sesama bikhu selama thudong sangat membantu pemahaman terhadap ajaran-ajaran Buddha (Dhamma). - Peningkatan Kerendahan Hati.
Menjalani kehidupan sederhana dan bergantung pada dana umat selama thudong sangat konstruktif dalam membangun kerendahan hati para bikhu. Mereka belajar untuk hidup tanpa keterikatan dan menerima apa adanya, sesuai dengan ajaran Buddha. - Kepekaan terhadap Alam.
Perjalanan thudong dapat membantu para bikhu untuk mengembangkan kepekaan dan apresiasi yang mendalam terhadap alam sekitar.
Secara praktis beberapa teknik meditasi utama selama perjalanan thudong oleh para bikhu, antara lain:
- Meditasi pernapasan (anapanasati), teknik meditasi yang paling populer di kalangan bikhu. Mereka berlatih memfokuskan perhatian pada proses pernapasan, mengamati napas masuk dan keluar dengan lembut dan tenang. Hal ini membantu menenangkan pikiran.
- Meditasi kebersamaan cinta kasih (metta bhavana), berlatih mengembangkan rasa cinta kasih, kebaikan dan kebajikan terhadap diri sendiri, orang lain dan semua makhluk. Praktik ini membangun ketenangan batin dan niat tulus untuk kesejahteraan semua.
- Meditasi kesadaran tubuh (kayagatasati), mengamati dan menjadi sadar terhadap berbagai aspek fisik tubuh, seperti postur, gerakan dan sensasi.
- Meditasi perenungan (bhavana), lebih mendalami sifat ketidakkekalan (anicca), penderitaan (dukkha) dan ketiadaan diri (anatta). Praktik ini sangat berguna dalam pengembangan pemahaman tentang hakikat manusia.
- Meditasi visualisasi (kasina), menggunakan objek visual, seperti warna, elemen alam, atau benda suci, sebagai fokus meditasi. Praktik ini dapat membantu memusatkan dan memperdalam konsentrasi.
- Meditasi berjalan (jalan perambahan). Untuk menghindari kantuk, bikhu juga berlatih meditasi sambil berjalan dengan langkah-langkah yang lambat dan penuh kesadaran. Hal ini sangat membantu dalam menjaga pikiran tetap terfokus dan waspada.
Terlepas dari demikian banyaknya hikmah thudong, praktik para bikhu sesungguhnya memiliki relevansi yang menarik dengan momentum Hari Kebangkitan Nasional pada tanggal 20 Mei 2024. Beberapa aspek relevansi tersebut, antara lain:
- Perjuangan dan Determinasi. Sama seperti para bikhu yang menempuh perjalanan thudong dengan penuh tantangan dan keterbatasan, perjuangan bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan dan membangun negara juga banyak diwarnai perjuangan dan sangat membutuhkan determinasi. Hari Kebangkitan Nasional mengenang ketangguhan dan semangat juang tersebut.
- Kesederhanaan dan Kemandirian. Selama thudong, para bikhu hidup dengan sangat sederhana dan tidak bergantung pada hal-hal material. Semangat kemandirian ini juga sangat berarti dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Hari Kebangkitan Nasional mengingatkan nilai-nilai tersebut.
- Kedekatan dengan Alam. Perjalanan thudong yang dilakukan di alam terbuka memungkinkan para bikhu untuk memelihara koneksi yang erat dengan alam sekitar. Hal ini sejalan dengan filosofi hidup sederhana dan dekat dengan alam yang kini menjadi tantangan kelestarian alam Indonesia. Hari Kebangkitan Nasional dapat mengingatkan kita betapa pentingnya menghargai dan menjaga alam.
- Ketahanan Mental dan Spiritual. Melalui praktik meditasi dan latihan spiritual yang intensif selama thudong, para bikhu mampu membangun ketahanan mental dan spiritual yang tinggi. Hal ini juga dibutuhkan oleh para "pahlawan" kemerdekaan dalam menghadapi berbagai tantangan dan tekanan. Hari Kebangkitan Nasional dapat menginspirasi kita untuk mengembangkan kekuatan batin yang serupa.
- Semangat Kebersamaan. Perjalanan thudong dilakukan secara berkelompok, saling mendukung dan bergantung satu sama lain. Hal ini mencerminkan semangat gotong royong dan kebersamaan yang juga menjadi fondasi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Hari Kebangkitan Nasional mengingatkan kita betapa pentingnya memupuk kebersamaan dan solidaritas semacam itu.
Dengan merefleksikan relevansi antara praktik thudong dan semangat Hari Kebangkitan Nasional, kita dapat terinspirasi untuk menumbuhkan kembali nilai-nilai luhur seperti ketangguhan, kemandirian, kepedulian terhadap alam, kekuatan spiritual dan kebersamaan. Hal ini dapat membantu kita memperkuat jati diri bangsa dan meneruskan warisan perjuangan para pahlawan di masa kini dan masa depan.
**
Tangerang, 21 Mei 2024
Penulis: Made Wilantara