Kehidupan ini memberikan banyak peluang dan tantangan bagi kita sebagai insan manusia. Menghadapi tantangan dan peluang yang ada dalam sepanjang sejarah manusia memperlihatkan banyak yang berhasil, dan banyak juga yang tidak atau kurang berhasil menghadapi peluang dan tantangan yang ada.
Tantangan yang dihadapi bolehlah dibilang gagal menghadapinya, tetapi peluang apakah juga dikatakan gagal menghadapinya? Ternyata iya. Lalu mengapa ini terjadi? Peluang dan tantangan yang berhasil dihadapi dan di"menang"kan, tentunya banyak faktor yang menjadi penyebabnya.
Membahas faktor-faktor keberhasilan dan kegagalan menghadapi peluang dan tantangan tentunya menarik dan membutuhkan pembahasan yang cukup panjang. Namun kali ini dicoba untuk dibahas satu saja, yaitu Alasan. Alasan atas keberhasilan dan kegagalan menghadapi peluang maupun tantangan.
Alasan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online ditulis sebagai dasar; asas; hakikat; dasar bukti (keterangan) yang dipakai untuk menguatkan pendapat (sangkalan, perkiraan, dan sebagainya); hal yang menjadi pendorong (untuk berbuat); hal yang membenarkan perlakuan tindak pidana dan menghilangkan kesalahan terdakwa.
Alasan bila ditilik dari Bahasa Inggris ada cukup banyak padanannya. Dua padanan yang sering digunakan dalam kehidupan sehari hari biasanya adalah Reason dan Excuse. Melalui penggunaan google translate untuk menterjemahkan dapat dilihat Reason mengacu ke alasan, akal, karena, sebab, akal budi, budi. Excuse mengacu ke alasan, dalih, pernyataan maaf, pernyataan menyesal, helat, helah. Jadi baik reason maupun excuse dapat diterjemahkan ke alasan, namun bila dicermati, maka konotasi reason mengacu ke alasan yg masuk akal, sebab yg masuk akal, sedangkan excuse lebih kepada alasan berdalih, pernyataan maaf dan menyesal, helat, helah.
Sering dalam kehidupan ini kita memiliki alasan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, juga alasan untuk mengambil atau tidak mengambil peluang atau menghadapi atau tidak menghadapi tantangan. Nah kembali lagi, alasan tersebut adalah reason atau excuse? Contoh: Jakarta adalah kota yang sibuk dan sering sekali jalan dipenuhi kendaraan yg menyebabkan kemacetan, dan bila ada seorang yg datang ke sekolah atau kantor dan terlambat lalu mengatakan alasan keterlambatannya adalah macet, tentunya alasan ini sering dikategorikan excuse, tetapi bila keterlambatannya karena dia mengendarai sepeda motor dan sepeda motornya mengalami ban kempes sehingga ia harus menambal bannya terlebih dahulu, maka ini dikategorikan sebagai reason.
Pada Digha Nikayya lll (184) diungkapkan ada enam alasan kemalasan utk tidak bekerja: cuaca terlampau dingin, cuaca terlampau panas, masih terlampau awal, sudah terlambat, saya terlalu lapar, saya kekenyangan. Ini dapat dijadikan contoh alasan yang berkonotasi excuse. Bila alasan seperti ini yang diambil tentunya peluang yang bisa diambil maupun tantangan yang bisa dihadapi tidak dilakukan, sehingga kemungkinan untuk mendapatkan peluang dan menyelesaikan tantangan menjadi tidak terjadi. Tentunya seperti diungkapkan di atas faktor kebehasilan mengambil peluang dan menghadapi tantangan tidak hanya satu, namun bila satu faktor alasan menjadi penghalang, maka tindakan lanjutannya tidak berlanjut...
Banyak kegagalan yang dialami orang karena satu alasan (yg berkonotasi excuse), sedangkan banyak keberhasilan orang karena mereka berani menepis alasan tadi, tetapi berani untuk mencari satu cara lebih, dengan catatan kegagalan yang dihadapi bukan menjadi alasan untuk tidak melakukan, namun manjadi pembelajaran untuk keberhasilan.
Thomas Alva Edison yang baru bisa membaca pada usia 12 tahun dan berpendidikan tidak tinggi dan belajar informal pada ibunya, tidak menjadikan alasan dia untuk tidak maju. Ia tidak menjadikan alasan belum berhasilnya percobaan ke 9.955 kali untuk menemukan bola lampu pijar berhenti, mencoba cara tambahan berikutnya membuat ia menjadi penemu bola lampu pijar. Selain itu ia juga berhasil pada fonograf, kamera film, dan lainnya. Keberhasilan yg ia peroleh salah satunya karena ia tidak mengunakan alasan yang berkonotasi excuse untuk berhenti.
Hidup ini penuh dengan pilihan, pilihan untuk gigih dan kurangi bahkan hilangkan excuse, tentunya bisa menjadi pilihan yang membawa keberhasilan. Pada akhirnya pilihan selalu ada pada diri kita masing-masing....
**
Jakarta, 23 April 2024
Penulis: Idris Gautama So, Kompasianer Mettasik
Akademisi dan Praktisi Manajemen
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H