Kalau kita mau merenung ke dalam diri masing-masing, sesungguhnya setiap hari dan setiap saat kita berperang dengan pikiran jahat yang muncul. Pikiran jahat adalah pikiran yang diliputi oleh keserakahan, iri hati, kemarahan, dendam, kebencian, ego, dan kegelapan batin. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemukan orang-orang yang tidak dapat mengendalikan diri dari keserakahan, emosi, ego, rasa marah, dan benci sehingga perbuatannya mengakibatkan konflik, permusuhan, pertengkaran, perkelahian, perang antar kelompok bahkan lebih berbahaya lagi perang antar negara.
Perang akan menimbulkan dendam, rasa kebencian yang berkobar-kobar sehingga mengakibatkan kehancuran, kemunduran peradaban, dan bencana kemanusiaan yang diciptakan sendiri oleh pemimpin negara, karena diliputi ego kebodohan dan kegelapan batin, tidak bisa membedakan kebaikan dan keburukan.
Para pemimpin negara adalah manusia hebat dan unggul yang terpilih untuk memimpin masyarakatnya agar hidup tenteram dan damai. Tetapi jika para pemimpin negara tidak dapat mengalahkan pikiran jahat, serakah, emosi, benci, dan ego yang muncul di dalam dirinya sendiri, inilah sebab awal terjadinya peperangan antar negara saat ini yang membawa bencana bagi kehidupan di dunia.
Perang dapat berhenti jika para pemimpin negara mampu mengalahkan keserakahan, kebencian dan ego, yang ada di dalam diri mereka sendiri.
Semoga para pemimpin negara yang terlibat peperangan dapat segera sadar bahwa kebencian tidak akan berakhir apabila dibalas dengan kebencian, kebencian akan berakhir bila dibalas dengan tidak membenci.
Penulis sangat yakin bahwa semua umat manusia di dunia ini memiliki harapan yang sama, yaitu dunia yang damai, tenteram, bebas dari peperangan. Mulai saat ini kita semua juga bisa berkontribusi dengan mengurangi gejolak rasa tidak senang, ego, rasa marah, dendam dan rasa benci yang muncul agar tidak berkobar-kobar di dalam diri kita, yaitu dengan cara mengembangkan cinta kasih, kasih sayang, simpati dan rasa damai dalam hati. Cinta kasih, kasih sayang, simpati dan rasa damai dalam hati yang muncul dalam diri kita, bisa kita pancarkan kepada keluarga, teman, tetangga, dan masyarakat sekitar sehingga mengkondisikan terciptanya ketenteraman, kedamaian bagi dunia.
Mettacitena.
**
Jakarta, 20 April 2024
Penulis: Rusli Widjaya, Kompasianer Mettasik
"Sadar Setiap Saat, Saat Ini Sedang Apa"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H