Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Dua Bungkus Kacang Goreng Manado

27 Januari 2024   05:55 Diperbarui: 27 Januari 2024   06:07 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua Bungkus Kacang Goreng Manado (gambar: kompas.com, diolah pribadi)

Kota Manado, 20 April 2014.

Menjelang hari paskah, semua gereja berhias diri. Mempercantik wajahnya dengan lampu neon berkelap-kelip, dan juga tanda salib nan agung. Begitu cantik dan gemilang.

Hujan gerimis tidak mengurangi keramaian di Jalan Boulevard. Ramai orang berlalu-lalang, membuat jalanan seakan-akan bergoyang ria menyambut lintasan keramaian manusia. Suara musik teralun merdu mengetarkan nuansa hati. Berasal dari mobil angkot yang melintasi keramaian, membuat suasana menjadi lebih hidup. Semilir angin dingin sepoi-sepoi dari Pantai Boulevard, melengkapi suasana khidmat di malam Paskah.

Di malam itu, si Hong berjalan kaki menyusuri daerah Golden Mart untuk menikmati suasana. Ada seorang anak muda yang Ahong perkirakan berusia 15 tahun. Ia berdiri tegak, tersenyum, sambil menawarkan kacang goreng dagangannya.

Tadinya si Hong lewat saja. Namun, baru berapa langkah Si Hong baru sadar bahwa si anak muda yang menawarkan kacang goreng itu ternyata adalah seorang tuna netra. Akhirnya, si Hong balik kembali membeli kacang goreng dua bungkus seharga dua ribu rupiah.

Si Anak Muda itu tersenyum dan berkata lirih, "Terima kasih, Pak."

Si Hong pun melanjutkan perjalanan ke toko buku yang berada di dekat sana. Di sana, si Hong tertarik dengan sebuah buku yang menurutnya bagus. Ada seuntai kata bijak yang tertulis di balik covernya, "Sucikan hati dan pikiran, berbuatlah sesuatu yang baik untuk orang lain, walaupun kecil."

Entah mengapa, kalimat itu begitu membekas di kepala si Hong. Sambil makan kacang goreng dalam perjalanan pulang ke hotel tempatnya menginap, langkahnya terhenti. Ia termenung sejenak. Dalam hati ia berkata, "Anak muda tadi hebat. Walaupun dia tidak bisa melihat, tapi mata hatinya terbuka lebar."

Dia bisa dijadikan panutan. Tidak menyerah kepada nasib, tidak menjadi pengemis, melainkan berjualan kacang untuk melanjutkan hidupnya. Sungguh mulia pekerjaan yang dia lakoni.

Tak terasa, sampailah si Hong di hotel tempatnya menginap. Si Hong duduk di lobby hotel sambil lanjut menikmati kacang goreng. Ternyata enak dan tidak ada kacang yang busuk!

Si Hong kembali tergugah. Ia sedikit menyesal, mengapa hanya membeli dua bungkus. Seharusnya ia membeli 10 bungkus atau lebih, agar si Anak Muda itu lebih gembira.

Si Hong berhening sejenak, lalu berdoa kepada Tuhan agar si Anak Muda diberikan rezeki. "Semoga kacangnya laku terjual semua." Dia mempunyai arti bagi orang lain. Dia mempunyai harapan besar, bisa berbagi rezeki kepada orangtuanya, sebagai hadiah kasih di Malam Paskah.

Dalam hati kecilnya, Si Hong berjanji akan kembali ke Manado untuk membeli kacang goreng si Anak Muda yang ada di depan pintu Golden Mart kota Manado.

Berbagi kasih, walaupun kecil dapat memberi harapan besar bagi orang lain. Semoga kita senantiasa berjodoh, wahai Anak Muda.

Salam kasih
Si Hong

**

Bekasi, 27 Januari 2024
Penulis: Ir. Sanjaya, Kompasianer Mettasik

Hiduplah Selaras dengan Alam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun