Mungkin inilah kalimat yang tepat untuk meletakkan atau mengurangi beban pikiran yang sedang dialami oleh setiap orang, "Ya, sudah lah".
Kalimat ini sering penulis dengar ketika ada teman yang curhat dan mengeluarkan uneg-unegnya. Di akhir kalimat yang sering diucapkan adalah, "Ya sudahlah. Mau gimana lagi." Â
Kalimat pasrah sekaligus bingung harus berbuat apalagi. Jika direnungkan kalimat ini cukup mendalam bagi yang dapat memahaminya. Jika sudah terjadi, terjadilah. Toh, tidak akan kembali. Tidak perlu disesali, apa yang sudah terjadi.
Banyak dari kita melakukan sesuatu hanya karena nafsu dan ego sesaat yang menimbulkan penyesalan yang selalu diingat seumur hidupnya. Tentu hal ini membuat kita tidak bahagia sebab ingatan itu tersimpan dibawah sadar kita.
Tak mudah memang untuk melupakan sesuatu yang sudah terjadi, butuh waktu dan proses. Jadi untuk apa kita mengingat, tidak ada manfaat dan merupakan kebodohan yang tidak bertepi. Ya sudah lah...
Selain itu kita juga sering berencana tentang masa depan kita. walaupun sering sekali rencana dan kenyataannya banyak yang meleset. Kita tidak akan tau apa yang terjadi dimasa depan.
Namun, kita suka sekali berencana, berandai-andai ini dan itu. contohnya kita sering berharap dengan orang yang kita cintai dapat membahagiakan kita. orang di sekitar kita bisa membantu apa yang kita inginkan. Usaha kita akan maju pesat dan karier kita semakin baik. Eh... tapi keinginan dan rencana ternyata tidak sesuai kenyataan. Lalu untuk apa kita memikirkan masa depan yang berlebihan. Apa manfaatnya, pikiran menjadi lelah dan belum tentu terjadi. Lebih baik, Ya sudah lah...
Lebih baik kita belajar melepaskan masa lalu dan masa depan. Fokus saat ini, kini dan sekarang. Membawa perhatian kita pada apa yang kita lakukan. Masa lalu tak akan kembali. Masa depan ditentukan hari ini apa yang sedang kita lakukan. Untuk itu betapa penting selalu mengingatkan pikiran untuk selalu berada di saat ini. Apa yang sedang kita lakukan, pikirkan, dan ucapkan.
Melatih pikiran untuk selalu sadar, perlu dilatih sejak saat ini dan sekarang. Tersebab pikiran ini sudah terbiasa liar dan dan tidak terkendali. Melatih pikiran untuk selalu disaat ini (mindfullness) seperti mengajak pikiran tetap tenang terhadap gejolak dalam pikiran kita sendiri.
Jika muncul perasaan tidak senang, cukup disadari, ya sudahlah...akan berlalu juga. Ketika perasaan senang muncul, cukup sadari, ya sudahlah... semua akan berlalu. Hanya disadari, tak perlu dikomentari.
Semakin dikomentari maka kita semakin masuk dalam khayalan yang tak pernah usai. Ketika kekhawatiran dan ketakutan akan masa lalu dan masa menjadi momok dan menguasai diri sendiri maka kedamaian batin tidak akan pernah kita dapatkan.
Ya sudahlah....
Cukup disadari, semua akan berlalu. Biarkan semua fenomena kehidupan ini menjadi obyek melatih kesadaran penuh setiap waktu. Di sinilah ketenangan akan muncul dan berkembang, ketenangan akan menjadi sumber kebahagiaan dalam diri sendiri.
Semoga Semua Makhluk berbahagia
**
Nabire, 8 Januari 2024
Penulis: Eko Susiono, Kompasianer Mettasik
Hidup Sederhana dengan Batin Berkualitas
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H