Sederhana saja. Penulis meyakini bahwa emosi negatif bukanlah hal yang baik untuk dipendam oleh klien. Melepaskan adalah cara terbaik untuk keluar dari segala bentuk permasalahan. Apalagi yang melibatkan batin.
Dengan arahan penulis, klien akhirnya sadar bahwa menyimpan emosi negatif itu tidak baik bagi dirinya. Dan, atas pemahaman dan persetujuan klien, akhirnya terapi pun dilaksanakan.
Menakjubkan, dalam tempo kurang dari 15 menit perubahan pun terjadi. Klien merasa nyaman, sakit di kakinya pun menghilang, dada terasa plong. Dan, selama ini keluhan-keluhan yang seringkali ia rasakan sudah berkurang.
Saat terakhir bertemu, penulis pun bisa melihat, rona wajah dari klien sudah benar-benar berbeda. Ia sudah bisa tersenyum lepas setelah sekian lama "lupa bahagia."
Apakah yang terjadi?
Emosi negatif bukanlah hal yang baik untuk dipendam. Sudah banyak teori dan tulisan juga yang seringkali kita baca bahwa segala bentuk kemarahan, kebencian, sakit hati, dan sejenisnya akan membawa pengaruh buruk bagi kesehatan mental maupun jasmani seseorang.
Mengapa demikian?
Emosi negatif butuh untuk disalurkan. Sebagian orang mengekspresikannya keluar. Biasanya dalam bentuk ucapan ataupun tindakan. Seperti mengomel, menangis, atau berteriak.
Sementara Sebagian orang lagi tidak seperti itu. Mereka memendamnya sendiri, seolah-olah tidak terganggu, padahal jauh di dalam batin, emosi-emosi negatif itu masih membara.
Nah, walaupun dipendam dan tidak disalurkan, energi dari emosi negatif ini tertap akan mencari jalan keluarnya sendiri. Itulah yang banyak tidak disadari oleh banyak orang, sehingga energi negatif ini bermanifestasi menjadi penyakit yang menggerogoti fisik.
Oleh sebab itu, pada saat klien mengeluarkan emosi negatif dari system psikisnya, ia dengan cepat memperlihatkan dampak positif baik bagi kesehatan fisik dan juga ketenangannya.