Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kaca dan Gagang

20 November 2023   05:55 Diperbarui: 20 November 2023   06:55 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertapa Siddhartha tidak menjadi Buddha dengan kekuatannya sendiri. Bahkan, tidak akan ada Buddha bila tidak ada makhluk lain. Pencapaian spiritual tertinggi dalam agama Buddha ini kerap dijelaskan diraih berkat usaha Siddhartha sendiri. Ini bertentangan dengan ajaran Buddha mengenai fakta akan kesalingterkaitan. 

Siddhartha jelas membutuhkan kekuatan makhluk lain dalam perjalanannya yang sangat lama, dikatakan selama 4 asankheya 100.000 kappa, untuk menjadi Buddha. Kita, sama dengan Siddhartha, harus mengakui kenyataan bahwa semua prestasi, sukses, keberhasilan, dan lain sebagainya dapat dicapai berkat makhluk lain. Ajaran tentang kesalingterkaitan (paticcasamuppada) menyadarkan diri untuk bersikap rendah hati dan sigap untuk berbagi.

Dalam uraian panjang tentang kekosongan, Buddha mengajarkan "karena ini ada, itu ada; karena ini muncul, itu muncul' (SA 297). Perhatikan bahwa kacamata paling tidak terdiri dari dua unsur yaitu gagang dan kaca. Kaca saja saja tanpa gagang, maka ia tidak dapat disebut kacamata. Demikian juga sebaliknya. Tanpa kaca, gagang tidak dapat disebut kacamata. Meskipun dapat digunakan, ia tidak berfungi sebagaimana mestinya. Agar mata dapat melihat secara jelas, kaca dan gagang harus menjadi satu menjadi kacamata. Bukan hanya kacamata yang terdiri dari berbagai unsur-unsur. Kita bahkan tidak dapat menemukan satu pun benda yang tidak terdiri dari beragam unsur yang membentuk benda tersebut.

Prinsip yang sama berlaku kepada sebuah prestasi yang diraih. Sukses meraih gelar sarjana, membuka bisnis baru, mendapatkan banyak keuntungan, dan sukses-sukses yang lain tidak terlepas dari unsur di luar diri sendiri. Selain usaha dan kerja keras, ada jerih payah dan campur tangan orang lain. Para sarjana dibimbing dosen, pebisnis punya mentor atau mendapatkan kredit dari bank yang uangnya adalah milik orang lain, untung didapat dari konsumen yang belanja, dan lain sebagai dan lain sebagainnya. Daftar keterlibatan faktor di luar ini akan semakin panjang bila diuraikan sampai detail.

Tidak ada satu pun kehebatan yang terjadi semata-mata berkat diri sendiri. Oleh sebab itu, berusahalah untuk selalu rendah hati. Tidak ada yang perlu disombongkan hingga menyakiti orang lain yang telah turut berkontribusi. Kata-kata dijaga dengan sopan dan disampaikan dengan santun sehingga orang yang membantu menjadi hepi. Setelah rendah hati, berikutnya adalah sigap untuk berbagi. Sadari bahwa prestasi tidak mungkin dicapai sepenuhnya dengan tangan sendiri. Ada banyak tangan tidak terlihat yang pasti turut campur sehingga sukses dapat diraih. Oleh sebab itu, ketika bantuan Anda sedang dinanti, segera unjuk jari  dan lanjutkan dengan upaya untuk berbagi.

Pemahaman  tentang  kesalingterkaitan (paticcasamuppada) tidak hanya mengenai 12 faktor, mulai dari Avijja hingga Jarmaraa. Pemahaman secara mendalam bahwa keberadaan sesuatu saling terkait akan menyadarkan kita bahwa kita membutuhkan faktor-faktor di luar diri sendiri. Setiap prestasi yang berhasil dicapai tidak dapat dipisahkan dari kontribusi orang lain.  Oleh sebab itu, kembangkanlah sikap rendah hati dan sigap untuk berbagi.

**

Jakarta, 20 November 2023
Penulis: Dr. Hendra Lim, S.S., M.Pd, Kompasianer Mettasik

Dosen | Trainer | Penyunting

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun