Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berkenalan dengan si Sabar, Ujian yang Hadir Setiap Waktu

29 Oktober 2023   05:55 Diperbarui: 29 Oktober 2023   06:15 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sabar (gambar: forbes.com, diolah pribadi)

halo, bagaimana kabar para pembaca sekalian? semoga selalu dalam lindungan triratna dimananpun para pembaca berada ya.

Sesuai dengan judul didalam tulisan ini, kesabaran adalah ujian yang selalu datang setiap saat. Dan, meskipun sudah sering kita kenal, tapi sabar ini seringkali datang tanpa diundang lho.

"Sabar" adalah kata yang berasal dari bahasa Arab, dan merupakan konsep yang ada dalam banyak budaya dan agama di seluruh dunia. Pengertian sabar tidak hanya terbatas pada ketenangan dalam menghadapi berbagai kesulitan, tetapi juga melibatkan kemampuan untuk dapat menahan diri dan tetap tenang dalam menghadapi situasi sulit yang penuh tantangan.

Melakukan kesabaran pun tidaklah mudah ya, tapi tidak ada jalan lain selain mempraktekannya.

Mari kita simak pengertian sabar dalam beberapa konteks umum.

Ketahanan dalam Menghadapi Berbagai Kesulitan yang ada:
Sabar sering kali diartikan sebagai kemampuan untuk bertahan dan tetap tenang dalam menghadapi penderitaan, ujian, atau cobaan hidup.

Menahan Diri dari Reaksi tidak baik (Negatif):
Sabar juga mencakup kemampuan untuk menahan diri dari reaksi negatif seperti kemarahan atau kekecewaan dalam menghadapi situasi yang sulit.

Ketekunan dalam Perjuangan:
Sabar bisa merujuk pada ketekunan dan kesabaran dalam mencapai tujuan atau mengatasi hambatan dalam mencapai suatu pencapaian.

Setelah membahas arti kesabaran secara umum, bagaimanakah konteks kesabaran dalam agama Buddha? Mari kita simak bersama-sama.

Kesabaran adalah salah satu konsep fundamental dalam agama Buddha. Dalam ajaran Buddha, kesabaran dianggap sebagai salah satu dari sepuluh parami, atau budi luhur, yang harus dikuasai oleh seorang praktisi Buddhis untuk mencapai pencerahan. Kesabaran memiliki makna yang mendalam dalam konteks agama Buddha, dan ini mencakup beberapa aspek:

1. Kesabaran terhadap Kesulitan

Dalam kehidupan, penderitaan dan kesulitan adalah hal yang tak terhindarkan. Kesabaran dalam menghadapi penderitaan adalah salah satu aspek penting dari ajaran Buddha. Menghadapi penderitaan dengan kesabaran dan ketenangan hati adalah tindakan yang sangat dihargai.

2. Kesabaran dalam Praktik Spiritual

Proses mencapai pencerahan dalam agama Buddha membutuhkan waktu, dedikasi, dan kesabaran. Praktisi harus bersabar dalam meditasi, memahami konsep-konsep agama Buddha, dan mengembangkan kualitas budi luhur.

3. Kesabaran terhadap Orang Lain

Kesabaran dalam berinteraksi dengan orang lain adalah juga nilai penting dalam agama Buddha. Ini termasuk kesabaran terhadap perilaku dan sikap orang lain, terutama ketika mereka bertindak dengan cara yang sulit atau tidak menyenangkan.

4. Kesabaran dalam Mengembangkan Kualitas Budi

Kesabaran juga diperlukan dalam mengembangkan kualitas-kualitas budi, seperti kasih sayang, kebijaksanaan, dan kesadaran. Proses ini membutuhkan waktu, latihan, dan ketekunan.

5. Kesabaran dalam Mengembangkan Kesadaran

Dalam meditasi Vipassana, yang merupakan salah satu bentuk meditasi Buddha, kesabaran diperlukan untuk mengembangkan kesadaran diri yang mendalam. Ini melibatkan kesabaran dalam mengamati pikiran, emosi, dan sensasi fisik dengan penuh perhatian tanpa reaksi impulsif.

Dalam banyak ajaran Buddha, kesabaran dianggap sebagai kunci untuk mencapai kedamaian batin dan pencerahan. Kesabaran membantu seseorang untuk tetap tenang dan penuh perhatian dalam menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, kesabaran memiliki peran yang sangat penting dalam praktik spiritual Buddhis.

Yuk, mari kita belajar untuk mempraktekan kesabaran bersama-sama. Appamadena sampadetha, mari berjuang dengan sungguh-sungguh.

**

Jakarta, 29 Oktober 2023
Penulis: Jenny Lie, Kompasianer Mettasik

Appamadena Sampadetha, Berjuanglah dengan Sungguh-Sungguh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun