Minggu lalu putri saya mengikuti acara sekolah, pergi ke daerah Puncak dan diadakan acara semacam pengenalan diri dan semacam itu. Mungkin sudah banyak acara semacam ini dilakukan di sekolah-sekolah.
Ada satu acara yang diceritakan oleh "tuan putri" saya ini. Pagi itu Guru pembimbing membawa sekantong barang, katanya: "Ada kado dari Surgawi". Terlihat kado berupa butiran-butiran bulat, ada potongan kertas, kantong plastik dan tali.
Sebelum kado diberikan, para murid diminta untuk diminta untuk menulis nama-nama orang yang dibenci sebanyak mungkin, nama-nama tersebut kemudian dituliskan di kertas yang akan dibagikan.
Setelah selesai, kertas dikumpulkan. Guru mulai memanggil satu-persatu. Jika ada yang dibenci satu orang, mendapat satu butir kado. Jika ada yang dibenci dua orang, mendapat dua buah buah kado, demikian selanjutnya. Kado dimasukkan ke dalam kantong yang sudah disediakan dan dengan seutas tali penggantung.
Setelah semua murid mendapat kado, baru diceritakan tugas selanjutnya. Kado yang diterima dalam kantong itu akan menjadi dijadikan liontin selama hari itu. Liontin akan terus dipakai mulai pagi sampai sore hari sekitar delapan jam lebih.
Wah, kasihan putriku, ceritanya: "Sakit lehernya, tapi untung saya cuma satu orang yang saya benci, teman saya ada enam belas orang. Itupun katanya baru separuh orang yang dibencinya".
Selama delapan jam para murid terus dibanduli oleh Kado dari Surgawi. Bayangkan kalau ada enam belas butir batu yang menggantung di leher. Kemanapun murid-murid itu pergi Kado dari Surgawi itu terus menerus mengandung di leher mereka.
Suatu contoh yang sangat mendidik, yang mengajarkan kebencian adalah beban kehidupan yang sangat berat.
**
Dalam dunia nyata, tidak berbeda. Semua orang umumnya memakai Kado dari Surgawi di lehernya. Mungkin ada yang satu butir, ada yang dua butir, ada yang ratusan butir, ada yang ribuan bahkan jutaan butir.
Jika ia membenci sekelompok orang, maka Kado Surgawi nya makin banyak. Jika ia membenci lebih banyak lagi (seperti suku, ras, agama tertentu) pasti pakai Kado Surgawi nya lebih banyak lagi, pasti beban hidupnya lebih berat lagi.
Jika tidak dilepaskan sampai ajal menjemput, bandul tersebut terus dibawa ke kehidupan berikutnya.
**
Jakarta, 30 September 2023
Penulis: Jayanto Chua, Kompasianer Mettasik
Programmer | Penulis Buku | Praktisi Meditasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H