Mami: "Jelas. Ini kan perumpamaan dan sang suami mungkin si Ade yang tidak menghargai masakan istri. Hahaha...."
"Sang istri lelah dan stres dikritik terus, akhirnya mencoba memamerkan hasil masakannya di media sosial. Ternyata ada yang suka sama makanannya dan suka memuji masakannya meski baru menilai dari gambar saja."
"Sang istri menjadi lebih baik? Tentu saja tidak. Semuanya membuat sang istri bertambah ambigu. Menilai dari sampul apakah benar? Antara suaminya dan teman-teman onlinenya, penilaian siapakah yang benar?"
"Sang istri  adalah seorang yang bijak dan selalu ber-vipassana. Hasilnya dia menyadari satu hal,
"Yang salah bukan objek luar tapi batinnya." Mengapa penilaian luar menjadi begitu penting baginya?"
"Akhirnya sang istri mengambil sikap, lebih baik mulai sekarang fokus sama batin dan masakannya, bukan fokus pada penilaian luar. Dan yang  terpenting proses selama memasak, dia menikmatinya. Tidak peduli masakannya asin, manis, asam, ataupun pahit, dia akan menikmati prosesnya."
"Kita sering menuntut keluar dan lupa melihat ke dalam. Penilaian luar begitu penting bagi kita. Apakah semua ini perlu?"
"Demikian halnya dengan memamerkan barang-barang mewah dan gaya hidup kita di media sosial, apakah hal ini perlu?"
"Marilah mulai belajar banyak-banyak melihat ke dalam batin! Bukan membandingkan keluar."
"Apakah Ade mengerti?"
Ade: "Zzzzzz..."