Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kebodohan yang Dilanjutkan

11 September 2023   05:55 Diperbarui: 11 September 2023   06:01 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya kalau saja mampu menahan hawa nafsu untuk tidak minum kopi, maka lambung ini aka naman-aman saja. Namun apalah daya pikiran yang dipenuhi oleh "Keinginan" menjadi tuan pada saat itu.

Bahkan penulis mengamati semua gara-gara keinginan yang tidak terkendali menjadi penderitaan yang tidak sedikit. Penulis sangat setuju bahwa penyebab penderitaan adalah nafsu keinginan yang tidak terkendali bahkan menjadi kemelekatan.

Suatu hari seorang guru menyampaikan ilustrasi mengenai pola-pola kesadaran melalui cerita kopi juga yang sangat menginspirasi, beliau bercerita kalau anda punya keinginan untuk minum kopi, itu wajar, anda mau menikmatinya, itu juga wajar. Namun Ketika tidak kopi untuk anda nikmati, jangan kecewa, jangan marah, jangan mengeluh. 

Bila anda kecewa, marah, mengeluh dan memaksa harus ada kopi, itu tandanya anda melekat, dan itu tandanya anda menderita, sebaliknya bila anda minum kopi dengan kesadaran, tidak ada kemelekatan, hanya minum kopi, maka aktivitas minum kopi itu tidak harus menjadi penderitaan.

Penulis mengingatkan hati-hati dengan kemelekatan pada apapun, baik materi yang kita miliki, kedudukan yang saat ini ditempati, penghormatan yang orang lain berikan, keluarga yang rasa anda miliki, bahkan diri ini yang anda rasa miliki yang sesungguhnya diri ini hanyalah perpaduan dari unsur-unsur kehidupan. Bilamana suatu hari berubah dan anda melekat, bersiaplah untuk menderita.

Lalu bagaimana agar tidak menderita? Terimalah kenyataaan, terimalah perubahan, kembangkan kesadaran, kurangi kemelekatan, terus belajar mengenai kebenaran, itulah cara-cara agar kita tidak melanjutkan kebodohan yang sama.

Bukankah lingkaran samsara ini kita sendiri yang membuatnya?bahkan karena kebodohanlah kita terus berputar pada kelahiran dan kematian. Mari kira kurangi keserakahan, kebencian dan kebodohan batin.

Semoga ini menjadi renungan kita semua. Semoga semua mahluk berbahagia.  

**

Jakarta, 11 September 2023
Penulis: Suhendri, Kompasianer Mettasik

Dharmaduta | Pengajar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun